To Be Continued Story (4)


HAH…… MONSTER..????

Hm….. Akhirnya tidak sia-sia juga saya menggunting lowongan kerja pegawai di Koran." Ihsan menyerahkan potongan-potongan kecil kertas Koran itu padaku.


"Ya ampun, makasih nih Ihsan. Untung ada kamu. Iihhh.. saya benar-benar menyesal tadi pake lari-lari segala waktu mau ambil HP di kelas. Coba saya jalan saja, mungkin saya tidak harus cari uang untuk ganti laptopnya nyonya Friska."
"Kamu punya tabungan? Atau yang lainnya yang bisa membantumu?" Raihan merangkulku.
"Kalau tabungan, ada… tapi Cuma dua jutaan. Dikit sekali.!"
"Ya sudah, selamat kerja keras, ya! Kalau ada apa-apa, jangan takut buat nelpon saya!" Raihan memukul-mukul pundakku.
"Yakin, kamu tidak butuh bantuan kami?" Ihsan menatapku dengan serius.
"Kan, saya sudah bilang tidak usah, terima kasih. Nanti saya repotin kalian. Tak apa kok, biasa saja lah, saya kan laki-laki. Saya bisa urus ini semua. Tenang saja fren…. Sebagai laki-laki, saya akan berusaha semampuku untuk urus masalahku yang satu ini, nah.. kalau saya dapat kesulitan nanti, kan… ujung-ujungnya kembali ke kalian juga, hiihihi… gi mana?" Kataku sambil merangkul kedua kawanku itu.
"Siip lah…!!" Jawab mereka bersamaan.
Aku pun bangkit dan memasukkan potongan Koran tersebut ke dalam ranselku. Kemudian aku melambai, pulang duluan meninggalkan mereka.
"Saya pulang duluan yah."
"Iyyaa… Hati-hati.." seru mereka bersamaan, melambai.
Aku berbalik meninggalkan mereka. Dan dari kejauhan, aku masih bisa mendengar pembicaraan mereka.
"Malem nanti chatting, yuk.!"
"Oke… saya tunggu kamu jam delapan!"

Raihan dan Ihsan. Kehidupan mereka makmur. Komputer mereka sudah lengkap dengan modem, ditambah langganan broadband. Saya mana bisa begitu. Baru kemarin saja saya merasakan punya internet di rumah. Itu pun nyolong pulsa. Pake laptopnya Cika lagi. Tapi kata Cika, Cuma Rp 50,- per menitnya. Tak tau deh. Mudah-mudahan benar.
Malamnya, saya mencoba menceritakan semua kejadian itu sama mama. Mama sempat marah. Namun berhasil mengendalikan diri, dan membantuku dalam membimbing keadaan emosiku. Malam itu juga saya di ajarkan bertanggung jawab dan bagaimana mengatasi suatu masalah. Mama tidak marah atas ideku menjadi karyawan di salah satu toko buku. Pekerjaan yang sedikit mudah bagi seorang mahasiswa dan tidak melelahkan, asalkan sabar, pekerjaan itu akan bisa diselesaikan.
Mamapun mengizinkan kalau suatu hari nanti harus menginap dan lembur untuk menjaga toko. Asalkan aku masih bisa bertanggung jawab atas sekolahku, dan kehidupan sosialku. Bahkan, semakin waktu bergerak perlahan, mama semakin mendukungku melaksanakan tanggung jawabku.
Malam itu juga, saya menelpon delapan nomor yang ada di potongan Koran. Kebanyakan penuh dengan pelamar. Kebanyakan pula minta bekerja tetap. Adapula yang menginginkanku bekerja minggu ini. Pada minggu ujian semester. Saya menolak sebagian besar tawaran itu. Masalahnya, mama hanya mengizinkanku untuk bekerja pada hari liburdan tidak mengganggu kuliah. Hari-hari selain itu, mama melarang keras. Untuk itu, satu minggu setelah ujian semester, saya bebas. Hari jum'atnya Cuma ngurus KRS. Dan hari berikutnya liburan. Saya punya tiga bulan kosong untuk bekerja.
Oke, dari delapan potongan yang aku punya, aku sudah menelpon tujuh diantaranya. Aku berhasil janjian dengan dua orang ibu muda yang masing-masing mempunyai toko. Yang satunya punya toko sepatu dan membutuhkan kasir yang jujur, sopan dan baik hati. Dan yang satunya punya toko bunga yang butuh karyawan untuk jaga toko. Upahnya lumayan besar. Kalau dijumlahkan semuanya satu juta. ibu pemilik toko sepatu, menggajiku empat ratus ribu. Wawancara dilakukan rabu nanti, tepat pukul empat sore. Untungnya, ujianku sudah selesai pada jam segitu.
Ibu yang kedua, walaupun hanya di gaji enam ratus ribu, saya diterima tanpa seleksi. Aku hanya harus menghadiri wawancara akhir pekan ini.
Hmmm… sisa nomor terakhir. Sebuah nomor HP yang susunan angkanya bagus sekali. Saking cantiknya, saya langsung hafal urutan nomor itu. Pasti nomor HP ini mahal sekali ia beli.
"Hallo, selamat malam," sapaku ketika telepon diterima.
"ya, ada yang bisa saya bantu?" jawab yang di telepon dengan ramah. Sapa seorang wanita muda.
"Saya… Saya ingin melamar untuk bekerja di toko ibu.
"Oh, baiklah-baiklah. Anda sudah mengerti prosedurnya?"
"maaf, saya belum tau."
"Nggak apa-apa kok. Begini, dua minggu lagi saya akan ke London . menghadiri pertemuan penting, dan membutuhkan waktu satu minggu. Jadi, kalau anda memang berniat untuk menjadi karyawan toko saya sementara. Anda harus menginap di rumah saya. Karena toko saya ada di rumah saya sendiri."
"Baiklah"
"Oke, kerjaan kamu Cuma menjaga toko itu bersama puteri saya. katanya, dia butuh karyawan satu lagi untuk meringankan bebannya.
"Oke bu, tak apa"
"Dan… Kebanyakan orang yang mencoba melamar langsung menolak begitu saya sebutkan cirri-ciri puteri saya, jadi…. mungkin…..!!"
Dalam pikiranku, langsung muncul beragam jenis perempuan. Bisa saja puteri ibu itu sangat nakal. Atau sedikit aneh. Atau terlalu lemah. Atau terlalu idiot atau mungkin puterinya terlalu cerewet.? Saking cerewetnya, sampai-sampai bisa menakuti orang dewasa sekalipun.
Oh, apapun itu saya harus menyukai pekerjaan ini, saya harus menyetujuinya. Meskipun sudah ada rasa tidak enak dari percakapan ini.
"Saya…. Saya menerima apa pun yang akan terjadi bu," Ungkapku deg-degan. Karena mungkin saja, ternyata puterinya itu adalah gorilla betina.
"Anda…. Menerima bagaimana pun kondisinya? Saya belum menceritakan tentang putri saya!"
"Tidak apa-apa. Tapi, kalau anda ingin memberikan beberapa ciri pada saya, silahkan."
"Putri saya ini benar-benar bandel. Dia sangat manja dan bisa menghancurkan rumah dalam waktu lima detik."
Prangngngng…..!!!
Tiba-tiba terdengar suara benda pecah dari ujung telepon.
"Dede…. Jangan pecahkan guci itu. Gucinya seharga tujuh juta. kalau lagi bête, pecahkan saja yang harganya satu juta saja!" Teriak wanita itu di ujung teleponnya.
Wahhh… semakmur apa yah ibu ini?
"Oh, maaf. Putri saya sedang marah karena tidak di izinkan keluar rumah malam ini." Wanita itu tertawa kecil.
Anaknya kelelawar ya bu.?
"Jadi putri  saya itu……."
"Ya…??"
"Ya… putri saya itu, selain di temani untuk jaga toko, saya juga butuh sedikit tenaga kamu untuk mengasuhnya juga, anda harus membacakan dongeng sebelum ia tidur, atau anda harus manemaninya mandi, atau mungkin terkadang anda harus menyuapinya kalau dia main boneka."
"Oh.. baiklah bu…!!!" Aku senyum-senyum di depan telepon.
Inilah pemikiran awal saya, anak kecil memang seperti itu.
"Rumah saya besar, dan tokonya ada di bagian depan rumah saya. tapi jangan khawatir, mengenai mengurus anak saya tadi. Anda tidak harus mengurus rumah saya. Cuma anak saya saja. Saya sudah memiliki dua orang pembantu yang mengurus rumah  ini. Jadi…. Anda hanya harus fokuskan dalam menjaga toko dan mengururs puteri saya."
"ya.. Baiklah…"
Segubuk-gubuknya rumah anda pun, saya tidak berkenan untuk mengepel lantai atau menyapu. Saya ini hanya karyawan toko di tambah kerjaan tambahan, mengurus puterinya.
"kalau begitu, hari minggu, minggu depannya lagi, temui saya di restoran dekat lampu merah. Kita bicarakan tentang peraturan, gaji, juga sedikit hal yang harus anda lakukan."
"Oke."
"Ngngng… tapi anda benar-benar menerima tawaran saya?"
"Ya… mungkin saja. Insya Allah, akan saya coba."
"ok… ke, terima kasih sekali lagi, kalau begitu, temui saya di retsoran pukul dua siang. Sms ke saya nomor HP Anda. Nomor ini nomor rumah kamu?"
"Ya, betul."
"oh, oke…. Dede! Mau kemana kamu? Jangan kabur! Jess..  cepat kejar si Dede. Oh, maafkan saya."
Wanita itu datang lagi sambil terengah-engah.
"Ngomong-ngomong… Anda punya pengalaman dalam menjaga sebuah toko..?? atau punya pengalaman menjaga anak?
"Ngngng… ya,, ya… beberapa toko sudah saya masuki!" ungkapku bohong.
"Oh ya? Anda sudah punya anak?"
"tentu saja belum. Saya masih 19 tahun. Saya masih kuliah. Saya jadi karyawan hanya sebagai penghasilan tambahan saja dan masalah ngurus anak, saya punya banyak ponakan di rumah, tenang saja, saya pasti bisa." Jawabku bohong lagi.
"Oh.. bagus sekali. Kalau begitu, kamu akan mengerti bagaimana perasaan hati putriku yang sebenarnya."
Apa? Apa maksudnya?
"Ngngng… nama kamu?" wanita ini sudah mengubah panggilan "Anda" menjadi "kamu" sekarang.
"Adrian. Panggil saja Ian."
"Hm… lumayan mirip dengan nama laki-laki yang pernah di ceritakan anak saya di sekolahnya. Baiklah, nama saya Nairah. Panggil saja ibu irah. Kalau begitu, sampai jumpa lagi, Ian."
Tuuutt… Tuuutt..
Bu Irah menutup telepon duluan.
Oke… sekarang saya sudah mendapatkan tiga orang Ibu yang memiliki toko yang bermacam-macam. Saya tinggal berlatih saja, namun tetap memfokuskan pada mata kuliah yang sedang di ujikan minggu ini. God..!! besok manjemen sama Ekonomi. Saya belum belajar Ekonomi.
SATU minggu berikutnya, saya berhasil melewati ujianku dengan lancar. Saya tidak perlu memikirkan lagi cara mandapatkan uang, tinggal mempersiapkan diri dengan baik, dan bekerja dengan penuh tanggung jawab.
Hari rabu, wawancaraku dengan seorang ibu yang memiliki toko sepatu yang butuh seorang kasir. Dan pada hari minggu, wawancaraku dengan seorang ibu yang punya toko bunga, berhasil juga.
Lalu pada hari senin pertama di bulan kebebasan ini, kami anggota KABEL menyebutnya begitu. Akhirnya saya melaksanakan pekerjaan pertamaku.

Dear diary,
Ya ampun… hari ini sangat melelahkan! Saya harus kerja dari jam tujuh pagi sampai jam tujuh lagi. Liat tuh, tanganku mulai bengkak karena keseringan memencet tombol-tombol di keybor komputer toko sepatu itu. Mataku juga kayaknya sudah agak rabun karena dari tadi pagi di depan layar monitor terus.
Eh, tapi senangnya ketika ada pembeli saya seorang ibu bersama anaknya yang ku taksir seumuran dengan saya, sempat memuji cara kerja saya dan sikap saya menghadapi pembeli dan anaknya tuh yang bikin saya betah, senyum-senyum terus kepadaku. Saya jadi GR. Hehehe…
Dan enaknya, pekerjaan ini pun Cuma satu hari saja, karena kasir sesungguhnya sudah ada besok karena tadi malam dia minta cuti sehari karena ingin pulang kampung.
Wahhh… hari ini sukses.
Sudah dulu deh, besok saya harus kerja lagi. Baru empat ratus ribu yang singgah ke rekeningku. Saya masih butuh berjuta-juta lagi buat ganti laptopnya Friska.
Selamat malam diary… semoga saja, besok tidak akan lebih capek dari hari ini….
Esoknya, ternyata pekerjaan semakin berat dan menyulitkan.
Dear diary…..
Huh, untung pulangnya cepat. Kalau tidak, saya bakalan menderita setengah mati. Mana pulsaku habis lagi. Katanya, mama sudah kirim pulsanya. Tapi kok belum juga sampe? Masalahnya saya juga lupa bawa voucher yag di kasih sama om Emil. Padahal, pulsaku sudah sakaratul maut.
Tau tidak, ternyata pekerjaan yang satu ini, lebih seperti neraka daripada kemarin. Aku harus nginap di toko ini.
Ternyata, toko bunga itu, pelanggannya banyak sekali. Sampai-sampai aku tidak sempat istrahat untuk melayani pelanggan. Dan yang paling menjengkelkan lagi, rekan kerja saya yang katanya adalah wakil manager toko itu, sangat seram bin kejam. Menyuruh pindahin pot bunga saja, hanya butuh waktu dua menit. Padahal potnya itu, luar biasa beratnya. bisa di bayangkan kan…???
Untungnya, para pembeli tersebut kebanyakan ibu-ibu istri pegawai. Jadi tidak terlalu bertele-tele ketika membeli bunga. Namun, ada kejadian yang sangat romantic tadi di depan toko. Ada seorang laki-laki dan perempuan, kayaknya mereka pacaran.dari jauh, mereka keliatan ada masalah. Jadi mereka berdua bertengkar deh, selama di jalan. Namun, ketika sampe pas di depan toko. Cowoknya langsng masuk ke toko kemudian langsung mengambil sebatang mawar dan melemparkan uang dua puluh ribuan ke arahku. Dan langsung berlutut di depan sang cewek sambil memberikan bunga dan memohon maaf atas segala kesalahannya. Sang cewek itupun langsung luluh hatinya dan memaafkannya. Mereka pun kembali akur karena hanya sebatang bunga mawar. Wahh… romantis sekali.. pikirku….!!!
Oh, kuharap esok waktu berjalanlebih cepat. Kuharap matahari besok hanya muncul enam jam. Sumpah, aku tak sanggup lagi bekerja tanpa istrahat melayani pembeli. Sumpahh….!!
Hmm…!!
Sekarang sudah jam sebelas malam. Para karyawan sudah pada tidur untuk mempersiapkan tenaga esoknya. Wakil manager yang sangat kejam itupun sudah terlelap. Tinggal giliranku merenggangkan otot, beristirahat dan tidur nyaman di dalam toko.
Selamat tidur…. Diary….



Tidak ada komentar:

Posting Komentar