to be continued story (2)

OHHH… LAPTOP…!!

Saya membuka pintu kamar dengan agak tergesa-gesa, ketika sepupuku Cika yang saat ini masih kelas 3 SMA sedang asyik duduk-duduk membaca novel di atas sofa yang baru di beli mamaku. Akupun langsung menutup telinganya dari belakang dan menyuruhnya mencoba menebak "ayo, siapa saya??".
"Woii.. ini telingaku. Cika berusaha melepaskan tanganku dari telinganya. Kemudian mengarahkan tanganku ke matanya sendiri dan mulailah dia menebak. Nggg… siapa yah…???."
Aku pun ketawa cekikikan. Kalau orang normal, pasti tau kalau itu saya, atau setidaknya tidak memindahkan tanganku ke matanya. Tapi, dasar Cika. Sepupuku yang satu ini, saking akrabnya dengan saya, sampai-sampai dia menganggapku sebagai kakaknya. Saya sebenarnya berniat untuk tutup matanya saja. Tetapi ku ganti dengan menutup telinganya. Yahh… sekedar lelucon lah..!! Lagi pula saya yakin kok. Cika tau kalau ini adalah aku.
"Ayo.. ayo… tebak siapa saya..??" aku tertawa kecil. Cika mengigit jarinya. Sambil mencoba berfikir. "Ngng…..!!! Naruto…?"
Hahaa… tentu saja bukan..!! ayoo.. sedikit lagii..!! ayo tebak siapa..??
"kalau bukan Naruto, berarti doraemon..?? nobita…?? Power ranger merah..?? atau Patrick temannya spongebob..??"
Haa… masih belum bisa tebak..?? langsung ku pindahkan tanganku ke atas kepalanya. Dan langsung ku acak-acak rambutnya yang baru saja dia sisir dengan rapi dengan penuh perjuangan. "Ihhh… mana novelnya…??" seruku sambil tertawa keras sekali.
"ampun… Ampun…!! Cika berusaha melepaskan tanganku
dan menjauh kembali duduk di sofa yang satu. "hahaha… kamu dari mana saja kak…!! Kerja di Alfa Mart yah, terus ambil jam malam..?" sampe pulang malam begini..??"
Hahhh… kerja di Alfa mart apaan? Jam malam? Enak saja..?? saya pun melepaskan Ransel Bob Marley ku dan berjalan menuju kamar untuk menyimpannya. Setelah saya keluar dari kamar, saya pun langsung ke Cika..!! "mana novelnya..??" Sahutku sudah tak sabar lagi.
Iyya.. iyya… kak..!! sabar.. ada di tas saya..!! tenang saja kak, saya bawa banyak kok…!! Hahaha..!!!
Ehh, rambut kamu di rebonding yahh..???
perasaan, rambut kamu agak bergelombang, kok sekarang sudah lurus sekali kayak kabel listrik begitu.. hahaha..??" kataku sambil minum teh buatan ibuku.
Biarin, kan tak apa. Gaya perlu men..!!!" katanya membantah. Saya pun kembali memberantakkan rambutnya, hingga Cika berusaha melepaskan tanganku di atas kepalanya. Aku pun beranjak mengambil kue yang ada dalam toples.
Hey.. kak Ian..!! bagaimana kabar kak Ihsan..?? Cika tertawa kecil. Ihsan yang mana, Ihsan yang penjual kue itu..? wah, mau di apakan si Ihsan itu, mau pesan kue..?? kan sudah banyak di toples, tidak perlu pesan lagi" sahutku berpura-pura lupa.
Aduuhhh… Kak Ihsan sekelas kak Ian lah… masa saya mau pesan kue lagi..??" Cika bangkit dan duduk di samping saya.
Ng…. Baik-baik saja, memang kenapa..!! kami tadi jalan-jalan bareng ke pantai." Jawabku.
Wahh… ke pantai, kenapa tidak bilang-bilang kak, saya juga kan mau ke pantai. Kak Ian tak pernah sekalipun ajak saya ke pantai." Katanya protes.
Ya… ampun , kan kamu bisa pergi sendiri ke sana, kamu paling hafal jalan ke sana. Kok sekarang mau di temani." Kataku heran.
Hmm.. iyya dehh..!!! eh, Kak Ihsan Tuh cowok banget deh menurutku." Tolong minta koleksi photonya dong..!! terus, saya mau bagi-bagi ke teman-teman saya yang di sekolah.
Kuambil bantal sofa yang dari tadi saya peluk, kemudian kulemparkan menuju Cika. "Whattss… kamu minta photo Ihsan?? Tidak salah tuh..?? mending koleksi photo saya saja. Lebih keren daripada dia."
Wahh.. tak boleh gitu kak, photo kakak tuh sudah pasaran. Hahaha.." yang penting kak Ian janji. Okee…?? Cika melemparkan kembali bantal sofa itu ke arahku tapi tak sedikitpun mengenai aku. " Ohh.. iyyaa.. Saya mau memperlihatkan sesuatu sama kak Ian..!!
Cika bangkit kemudian berlari menuju ranselnya. Dia mengaduk-aduk tasnya sembari mencobah mencari sesuatu di dalamnya. Namun yang di temukan pertama kali adalah novel-novel yang kuminta. " oh.. iyya ini novel yang kakak minta.".
Kemudian dia melanjutkan mencari di ranselnya, dan dalam seketika saja, ia menemukan benda yang dicarinya.
Apa tuhh..?? saya meletakkan gelas teh manisku kemudian mendekatinya. Sebuah kotak persegi hitam dan bentuknya seperti laptop.
Aaa… laptop…!! seru Cika. Mengeluarkannya, dan membuka monitor yang menjadi penutupnya.
"iihhh… ya ampunn.. dapat dari mana Cika. Aku menyentuhnya dan mencoba melihat gambar yang muncul di layarnya.
"beli lah.. Cuma tiga juta di Jakarta. Ada pameran elektronik kamaren. Harusnya laptop ini harganya 5 jutaan tapi karena diskon. Jadi Cuma sekitar 3 jutaan. Om Emil yang belikan saya. Hadiah ulang tahun saya lah. Cika nyengir-nyengir, senyum yang lebar tanda kebanggaan dan menggerak-gerakkan badannya pertanda ia senang.
Ulang tahun kamu kan masih tujuh bulan lagi." Kataku kaget.
Biarlah, terserah om Emil saja, mumpung dia ada uang. Eh, om Emil kasi ini kamu. Cika mengaduk-aduk kembali ranselnya dan mengeluarkan voucher pulsa lima lembar yang berisi 100 ribuan.
Hah… voucher…??
" Iyya, itu buat kak Ian semuanya"..
Kamu di kasi laptop , sedangkan saya Cuma di kasi voucher. Om Emil tidak adil tuh. Kataku protes. " tak usah protes lah, kan lumayan.. daripada tak ada sama sekali.?" Balas Cika dengan meyakinkan.
"Huhh"… saya menggerutu, kesal..!!!
Ian… Cika…!! Makan dulu..!!! tante ussy, ibunya Cika memanggil dari meja makan.
Aku yang sedang kesal karena Cuma dibelikan voucher, hanya diam terpaku melihat kesenangan Cika yang dapat laptop. Namun aku bertanya kepada Cika, " Ka, pamerannya masih ada kan…??
"Pamerannya sampai bulan depan. Yuk makan aku dari tadi belum makan soalnya."
Besoknya di kampus, saya mencoba menceritakan laptop itu kepada Ihsan.
"Wah… pasti seru bisa punya laptop. pasti ada Angry Bird, saya mau main Angry Bird bukan hanya di komputer saja. Tapi di mana-mana, kan lebih seru. Kalau Cuma main di rumah saja, yah.. bosan lah..!!! Selain itu saya juga bisa bawa laptop itu ke kampus, kan lumayan kalau tak ada dosen kita bisa habiskan waktu dengan online berjam-jam di kampus. Jangan Cuma anak-anak CEPEN saja yang bisa bawa laptop ke kampus, kita pun juga bisa. "
Terus, bagaimana…?? Saya juga tidak bisa belikan kamu laptop satupun, itupun komputer yang ada di rumah, di belikan sama ayah saya. Jadi, saya harus bagaimana?"
Ngg…. Maksudnya tolong dong carikan saya cara supaya bisa beli tuh laptop."
"Hmmm… Ihsan mengenduskan nafas dengan kesal. " bagaimana kalau kita merampok Bank saja? Gi mana? Kan langsung dapat banyak uang." Teriak Ihsan.
Waduhh, Ihsan… mendingan saya bawa komputer saya ke sekolah daripada punya laptop tapi kerjanya Cuma keluar masuk penjara."
"Tenang… tidak akan masuk penjara kok. Paling-paling masuk lembaga pemasyarakatan".
" Sama saja Ihsan…" aku menjitak kepala kawan saya itu.
Ihsan yang mencoba melawan, berusaha mengeluarkan ide lagi. "bagaimana kalau kamu cari kerja saja?"
"Cari kerja bagaimana maksud kamu San.?" Aku memandangnya serius.
"yah.. cari kerja sampingan, jadi karyawan toko lah, atau pelayan rumah makan lah, atau yang gampangan saja jadi tukang cuci piring di kantin kampus. Gi mana"? Ihsan menatapku sambil tertawa keras.
"heh, yang sudah jadi sarjana saja susah dapat kerja, apa lagi saya, yang baru mau naik semester lima.? Mau cari kerja di mana?"
"Cari saja iklannya di Koran atau di majalah. Gampang kan."
"Cari kerjaan yang gampang-gampang saja, yang penting kamu bisa melakukannya." Ibu saya pernah jadi babysitter katanya pada zaman dahulu kala waktu SMA katanya. Cuma dua mingguan mengurus bayi. Kan orang tua bayi itu mau keluar kota. Terus, bayinya di tinggal sendiri dan ibu saya deh yang jadi pengurusnya."
" Iyya.. iyya.. saya mengerti, tapi memang ada cuma ngurus bayi langsung dapat lima juta?"
" Ada… Tapi bayi Gorilla. Hahahaha…" kami berdua terbahak-bahak. Kemudian Raihan langsung datang menengah ke kami sambil memperlihatkan blangko SPPnya yang baru saja di stempel pertanda sudah bisa ikut Ujian yang di sertai foto 3 X 4 di pojok atas bagian kiri kartunya.
" hore… saya sudah urus persyaratan ikut ujian. Gampang sekali kok. Tinggal minta tanda tangan serta stempel dari ketua jurusan kita. Ayo buruan.. nanti ketinggalan."
" Kalau saya, sudah dari kamarin brow…!!" Ihsan mengibaskan tangannya sekali ke arah Raihan. Aku jadi teringat kalau saya sendiri belum mengurus persyaratan yang harus di lengkapi untuk ikut ujian semester genap. " Wah, bisa gawat kalau begini, waktunya tinggal hari ini sampai jam pulang kuliah lagi.
" Ihsan, ayo cepat keluarkan HP kamera kamu, saya belum sempat foto. Nanti kita print di dekat kantin." Sahutku kepada ihsan sambil tergesa-gesa.
Tanpa memperdulikan wajah yang kusut dan rambut yang berantakan, aku langsung di foto saja dengan gaya yang serius, persis ketika foto penerimaan mahasiswa baru. Ahahaha… " San, gi mana? Udah fotonya..??
" iyya, sudah bos…!!! Ini langsung print saja di sana.." sambil menunjuk ke arah dekat kantin.
Aku pun berlari-lari menuju tempat print foto tersebut. Dan betapa beruntungnya, karena aku tidak perlu antri untuk bisa langsung print foto saya itu.
" Saya langsung ke ruang Fakultas dulu yah," teriakku kepada Ihsan dan Raihan. Aku pun berlari dengan tergesa-gesa meninggalkan mereka berdua.
" Cepat yah…" teriak Raihan.
"di jual terpisah." Sahut Ihsan.
" Dijual terpisah bagaimana?" Raihan mendorong bahu Ihsan.
Aku menghentikan lari perlahan dan melihat kumpulan mahasiswa dan mahasiswi berbaur jadi satu guna mendapatkan stempel dan tanda tangan. Banyak sekali, semester dua dan semester 6. Saya menghampiri kerumunan itu, dan melihat orang-orang yang sedang antri.
" Eh, mana..?? bukan kok? Yang ada di sini Cuma semester 2 dan 6 saja. Aku kan semester 4. Saya pun berusaha menerobos kerumunan dan langsung menuju petugas yang sedang sibuk mencap blangko pembayaran kami.
" Bu. Kalau stempel blangko SPP untuk semester 4 di mana?" teriakku di tengah-tengah kebisingan.
" Ke ruang jurusan masing-masing kalau semester 4." Jawabnya tanpa menoleh ke arahku.
" Ya ampun, terus kenapa saya ke sini. Aku berlari dan berbalik ke ruang jurusanku. Dan menemui ibu ketua jurusan. Ketua jurusanku yang sekaligus sebagai dosen saya, bu Asni, sedang mengecek beberapa lembar kertas. Aku lewat dengan sopan di depan para dosen dengan senyuman manis yang di buat-buat dan secepat mungkin menghampiri Bu Asni.
Namun ketika aku hampir sampai ke mejanya, seorang cewek menghalangi jalanku. Tiba-tiba dia berada di depanku, berbicara dengan bu Asni. Sepertinya cewek itu adalah Friska, pimpinan dari PRETTY WOMEN.
Aku berbelok dan berdiri di sampingnya. Ia melirikku dengan pandangan sinis. Saya tak memperdulikannya. Kutatap bu Asni yang tengah sibuk membuka lembaran demi lembaran hingga dia menghentikan kesibukannya dan bertanya kepada kami. "Kenapa kalian ke sini? Mau apa kalian ini?"
Oke, sebelum kulanjut ceritanya, ku ceritakan dulu tentang Bu Asni. Dia itu Ketua Jurusan kami sekaligus Dosen kami di kelas. Dan jangan heran kalau dia sedikit panik setiap ditanya. Saya dan temanku di KABEL mengatakan kalau Bu Asni itu berpenyakit MS (Miring Sedikit), yah.. dengan cara bicara yang seperti itu membuat kami dan mahasiswa lainnya jadi kebingungan ketika berbicara dengannya.  Sekaligus dengan volume suara yang begitu tinggi. Dia adalah janda yang di tinggal oleh suaminya, karena suaminya lebih memilih perempuan teman sekantornya. Dia Dosen Statistik kami.
" Mau minta stempel dan tanda tangan Bu." Sahut Friska mendahului saya.
Ugghhh… padahal aku yang mau bilang begitu sama Bu Asni. Aku pun tersenyum dengan raut muka yang bertuliskan di dahi. Aku juga Bu.
"Oh, apa kalian sudah bayar SPP? Nanti pak Rektornya marah kalau kalian belum bayar SPP terus mau ikut Ujian. Kalian harus bayar SPP dulu biar urusannya lancer."
" sudah dong Bu," Seru Friska, mendahului saya lagi.
Aduh.. jadi kapan saya bisa bicara?
" Oh udah,  kalian sudah bayar SPP rupanya." Sahut Bu Lina.
Ya pastilah sudah, kalau belum bayar SPP bagaimana bisa masuk kuliah? Seruku dalam hati. Bu Lina pun mengeluarkan tumpukan kertas yang dari tadi ia bolak-balik. " Tapi mana kuitansi pembayarannya?". Aku pun  memeriksa saku celanaku kemudian mendapatkan dompet Planet Oceanku yang kuperkirakan kuitansinya ada di dalam. Namun, setelah ku bolak-balik, saya tak menemukan juga kuitansi itu. Saya pun mulai berfikir. Ooo.. astaga.. kemarin saya memperlihatkannya kepada Cika. Waduhh.. saya lupa di rumah.
" Ma… Maaf bu, kuitansinya saya lupa". Sahutku terbata-bata.
Friska hanya menoleh kepadaku dengan pandangan judes. Meraih sesuatu dalam tasnya. Kuitansi SPP. Dan langsung menyerahkannya kepada Bu Asni.
" Ah, dia itu tukang bohong bu," Seru Friska.
" Heh, kurang ajar.."
" Bu saya benar-benar lupa di rumah bu, rumahku pun jauh dari kampus ini. Jadi tak mungkin lah kalau saya balik."
" Oke, sebentar kalau begitu saya cek dulu." Bu asni mengambil tas hitamnya di bawah meja. Kemudian memeriksa dan mengambil buku Absen Jurusan kami. Pada lembar ketiga. Bu Asni menurunkan telunjuk di atas nama-nama mahasiswa.
" Su… dir… man..!! Mana? Belum.. kamu belum bayar." Serunya.
" Waduh.. Bu, nama saya itu Andi Adrian. Bukan Sudirman.!
" Wah, maaf.. maaf.. kirain Sudirman.! Hihihi.." ibu tertawa cekikikan dan mendorong lenganku. Dengan jelas ku melihat Friska tertawa cekikikan juga.
" Itu Bu, absen No. 3," aku langsung menunjuk namaku. Dan telunjuk Bu Asni yang masih naik turun akhirnya berada di atas namaku.
" Oh iyya, kamu sudah lunas." Seru Bu Asni.
" Cepat bu, stempel saja langsung." Pinta Friska, tiba-tiba memaksa.
" Iyya sebentar, sebelum saya stempel tolong dulu belikan saya bakso di kantin sekolah. Lalu minumnya lemon tea saja." Ibu menunjuk-nunjuk arah kantin.
" kartunya dulu Bu." Rengek Friska.
" ihh, belikan bakso dulu, saya tidak akan stempel kuitansi kamu kalau belum ada bakso" gertak Bu Asni. Aduhh.. bu Asni. Kalau ada maunya begitu deh.
" itu, ada si Ian bu," friska menunjuk ke arahku.
" mana yang namanya Ian?" bu Asni celingak-celinguk ke luar pintu.
Aduh, bu, saya ada di sini.!
" saya yang namanya Ian Bu!" kataku kesal.
" ooo, kamu yang namanya Ian, jangan-jangan kamu menipu ibu lagi, mengaku-ngaku namanya Andi Adrian karena belum bayar SPP, padahal nama kamu Ian.
" Aduh, bu Asni… kenapa juga saya menipu ibu. Nama saya itu memang Andi Adrian tapi di panggil Ian." Jawabku menjelaskan.
" ooo, ibu ngerti." Sambil mengangguk-angguk tanda kepahaman. " ya udah belikan dulu ibu bakso kemudian ibu kasih bukti mengikuti ujian semester.
Yahh, oke-oke saya akan ke kantin sekarang, kan saya lupa bawa kuitansi SPP, jadi saya harus menuruti kemauan ibu Dosen saya yang satu ini.
" Friska, kamu juga harus ikut, jangan Cuma berdiri di situ" teriak bu Asni.
" malas Bu." Jawab Friska.
" malas, malas… ayo cepat temani Ian sana. Nanti kalau sudah ke sini lagi untuk ambil kuitansinya. Meski agak kesal Friska pun berlari di belakangku kemudian mensejajarkan dirinya di sampingku. Kami sedikitpun tidak berinteraksi, terlalu aneh bagi orang-orang kalau melihat PRETTY WOMEN dan KABEL berdua jalan bersamaan.
" lagi pula, kasian sama PRETTY WOMEN. Mereka sangat membenci kami anggota KABEL. Menurut mereka KABEL adalah sekumpulan cowok-cowok aneh yang mencoba menarik perhatian dengan prestasi yang di buat. Atau berbuat baik pada orang demi meraih kepopuleran. Pokoknya mereka bilang, KABEL itu menyebalkan.
Memangnya mereka tidak menyebalkan?
Saya sebagai anggota KABEL, sama-sama jijik sama PRETTY WOMEN. Pretty women itu adalah sekumpulan cewek yang tiap harinya hanya menghabiskan waktunya untuk bermain ataupun berdandan. Setiap hari mereka ke mall. Okelah..!! walaupun kami juga selalu main di mall-mall ynag berada d kota kami. Namun kami tidak sampai setiap hari main ke mall. Kalau pretty women, mainnya kalau pas malam hari. Mereka keluyuran entah ke mana atau bikin pesta sampai larut malam.
nah, mereka lebih menyebalkan kan..???
Friska mempercepat jalannya, dan berusaha meninggalkan saya sendirian.  Aku pun tak mau kalah, saya juga mempercepat langkahku, mencoba mengejar Friska. Dia yang merasa diikuti semakin mempercepat langkah. Dan akhirnya….. Bruukkkk…!!!


** To Be Continued **


Tidak ada komentar:

Posting Komentar