J A R A K



"Mencintai itu susah kalau saling berjauhan, mudah bosannya. Akhirnya tertarik sama yang baru, yang bisa lansung menghibur, bisa diajak makan, jalan-jalan, ketawa bareng dan lain-lain"

Kalimat tersebut rasanya merupakan ungkapan keputus asaan. Sejatinya, mencintai dalam jauh tidak selamanya akan berakhir sengsara. Jika memang bertekad kuat, tentu setiap orang bisa melewatinya. Memang awalnya akan terasa berat. Setiap saat akan ada tuntutan dari hati untuk menerima setiap godaan yang datang. Sebab memang, yang tadinya terbiasa bersama, akan kalang kabut ketika berjarak. 

Itu tergantung prinsip. Sejauh mana prinsip dalam hidupmu mengartikan jarak. Jika lemah, tak berjarakpun akan menjadi bencana. Setidaknya berprasangka baiklah terlebih dahulu sebelum mengkahiri semuanya. 

Jarak bukanlah alasan untuk meninggalkan. Jarak adalah proses pendewasaan. Apakah kita mampu menjaga kepercayaan. Menyingkirkan segala godaan. Melawan segala kerikil-kerikil kecil yang membuat jalan ke depannya sedikit mengganggu. 

Percayalah, setiap waktu yang dilalui dengan rasa kepercayaan, membuat jarak menjadi hal menyenangkan. Kuncinya adalah kesabaran dan rasa saling memiliki yang besar. Jika dua hal ini dapat hadir dalam setiap langkah kita, akan ada jaminan sebuah kebahagiaan dengan jarak. 

Lagi pula, bagaimana mungkin tercipta rindu jika tak ada jarak? Kalau sudah berbicara tentang rindu, maka sang penjajal jaraklah yang jadi ahlinya. Bagaimana tidak, temu yang tertahan membuat rasa semakin bertahan. Tidak jarang jarak menjadi kesempatan untuk mendoakan lebih intim lagi.