INILAH PERATURANNYA…..!!!
Hari jum'at, hari pertama untuk mengurus KRS, sekaligus Masa Orientasi
untuk calon MABA. Dalam KRS tersebut, mata kuliah yang di akan di kuliahkan ada
8 mata kuliah. Pada semester kali ini aku dan kawan-kawan di tuntut untuk lebih
serius dalam belajar. Yahh… ma'lum, ini kan sudah tahun ketiga saya kuliah.
Yahhh.. dengan IQ yang katanya 142, seharusnya saya bisa medapat nilai
yang istimewa. Namun, kenyataan yang terjadi, jarang sekali saya dapat nilai
yang begitu memuaskan. Hmmm…
Pengurusan KRS kali ini di beri waktu 6 hari berturut-turut. Yang di
mana kalau KRS tersebut tidak di selesaikan sebelum batas akhirnya, hmmm.. good
bye, mahasiswa tersebut akan tidak terdaftar sebagai mahasiswa semester ganjil
aliyas CUTI.
Raihan, Ihsan dan aku berusaha untuk menyelesaikan KRS kali ini cukup
dengan satu hari saja. Yang artinya, kami harus bersusah payah untuk minta
tanda tangan pak Dekan, penasehat akademik dan para orang-orang berpengaruh
lainnya. Kami pun berharap-harap cemas menunggu hasil ujian kemarin. Semester
lalu, aku, Raihan, dan Ihsan dapat IPK yang sama, yaitu 3,90. Tinggi kann..???
hahaha… semester sekarang sepertinya akan berubah.
Dan benar saja, setelah kami melihat nilai di ruangan jurusan kami,
ternyata IPK saya menurun jadi 3,80. Raihan menurun jadi 3,75. Dan yang
terendah yaitu Ihsan, dengan IPK 3,72. Namun untungnya, nilai-nilai tersebut di
atas standar lah dan terlebih lagi kami tidak perlu mengulang untuk mata kuliah
yang rendah.
Alhamdulillah… KRS yang ku taksir akan selesai sampai sore, ternyata
tidak butuh banyak waktu. Bahkan sebelum sholat dhuhur, KRS kami pun sudah
terkumpul rapi di ruang jurusan.
Pulang dari urus KRS, aku dan KABEL merayakan keberhasilan kami di mall.
Kami makan dan nonton. Bahkan, kami sempat bertemu SALAM, COKER SABAD, CEPEN
dan juga PRETTY WOMEN yang sedang merayakan keberhasilan mereka juga. PRETTY
WOMEN kelihatannya sangat bersyukur karena IPK mereka pas dengan standar. Aku
melihat wajah Friska begitu pucat menunggu nilainya keluar. Friska sudah yakin
dirinya berada di ambang tidak lulus dan semua oang setuju dengan hal itu.
Mungkin sekarang dia sangatt bersyukur atas karunia ini dan menuju semester
lima.
Sambil manyantap makanan syukuran kami, aku pun menceritakan
pengalamanku menghilang dari peradaban sejak senin hingga rabu.
"wahhhh… capek sekali….!!!!" Seruku, tergesa-gesa meminum
segelas cola tanpa pipet.
"hahahaha… terus bagaimana lagi fren?" Ihsan sudah tak sabar
mendengar ceritaku berikutnya.
"yah, begitu deh!! Tuh toko rame sekali. Ihhh… masa istrahat
sebentar saja dapat marah dari wakil manager, padahal cuma wakil, tapi berlagak
sok jadi bos.
"tapi kamu tidak menyerah, kan? Kamu masih bisa tahan kan?"
"Ya… untungnya bisa. Karena bukan Cuma marah yang ku dapat dari
toko itu, saya juga dapat senyum dari para cewek-cewek, hehehe… tapi….
"tapi…. Waktu hari kamis, kok, saya jadi rindu dengan para karyawan
toko itu, yah? Badanku tiba-tiba tidak enak tidur di atas kasur. Ingin lagi
angkat-angkat pot bunga, bercanda dengan karyawan lain, curhat, ketawa dan saya
masih ingin melihat kejadian-kejadian di depan toko bunga yang ku tempati
kemaren. Banyak hal-hal romantis, lucu, kocak dan menggemaskan yang dapat kulihat,
jadi, aku juga tidak bosan kerja di situ. Dua hari kerja di situ, rasanya sudah
dua puluh tahun tinggal dengan mereka. Jadi, ketika aku ninggalin merka, ughh..
rasanya…. Sangat berat untuk pisah. Okelah aku memang kesal kalau mereka sering
menjahili aku. Tapi hal jahil yang mereka lakukan itu, jadi benar-benar aku
rindukan di rumah."
"Raihan mengelus punggungku." Sabar… sabar… tak apa. saya bisa
rasakan hal itu. Pisah sama siapapun juga, baik itu yang menyebalkan,
mengesalkan, menyenangkan, semuanya bikin sakit. Kita serasa kehilangn sesuatu
yng berharga. Yahhh.. ibarat sesuatu yang pergi dari hidup kita. Kita jadi
memikirkan dia terus. Membayangkan dia terus dan sangat susah untuk mengeluarkannya
dari fikiran kita. Kita tak bisa melakukan satu hal dengan maksimal. Itulah
yang dinamakan dengan rindu."
"Iya, betul. Makanya, saya tak mau pisah dengan kalian!"
tiba-tiba Ihsan memeluk kami dan merangkul dengan sangat erat.
"Sudah.. sudah… Ihsan kenapa sih. Kita tidak bakalan pisah
kok!" kami bertiga tertawa-tawa.
"Hmm… selamat berjuang sobat…!! Kamu masih ada satu pekerjaan
lagi." Sahut Ihsan.
"Yaapp.. betul. Kapan kamu mulai kerja Ian?" sambung Raihan.
"Ngngng… Sebentar lagi kayaknya. hari Ahad besok, aku baru
wawancara. Katanya, nanti aku kerja satu pekan penuh. Dan kuharap, gajiku
benar-benar besar karena selain jaga toko, aku juga di suruh untuk menjaga anak
ibu itu. Jadi dapat dua kerjaan sekaligus. Sambil menyelam minum air lah…"
kataku sambil tertawa.
"Wahhh… hebat tuh." Kata Ihsan dan Raihan secara bersamaan.
"Yah… kerjaan yang berat plus butuh kesabaran yang besar. Aku harus
kerja ekstra keras satu minggu ke depan. Doakan saya yah kawan, semoga aku
tidak depresi di akhir masa bakti ini.!"
"Hihihi… saya penasaran sekali, anak ibu itu kayak bagaimana. Tapi
waktu aku nelpon ibunya, dia lagi memecahkan guci yang harganya tujuh juta.
terus ibunya bilang, 'dede, pecahin gucinya yang satu juta saja'… gitu!"
"Hahaha… sungguh tajir itu orang!" potong Raihan.
"Betul. Dan si bocah, marah gara-gara tidak di izinkan main keluar.
Hihihi… bocah modern sekarang memang kayak begitu kali yah…?!"
"Ya ampun… butuh perjuangan."
"Yah.. semoga anak ibu itu kayak Pikachu.!"
Kami bertiga tertawa lagi. Friska yang lewat dengan PRETTY WOMENnya,
menatap sinis padaku dari luar. Aku yang merasakan hal itu, langsung tertunduk,
namun cekikikan.
Tenang saja nyonya! Saya akan kembalikan laptop kamu.
Aku melewati pelataran parkir, dan memasuki sebuah lobi besar, yang di
dalamnya berkumpul beberapa meja bundar bertaplak putih. Sepertinya, sedang ada
pesta orang-orang borju atau mungkin ada seminar atau apalah.
Begitu aku menengok ke dalam pintu, mencoba mencari yang namanya Bu
Irah, seseorang memanggilku dari belakang. Aku berbalik, dan menemukan seorang
wanita muda, sangat rapi, sedang berjalan ke arahku.
Wanita itu memakai blazer putih dengan celana panjang yang putih pula.
Penampilannya elegan. Rambut lurusnya diikat rapi di belakang kepala. Make
upnya tidak berlebihan, jalannya bagaikan model. Wanita ini cantik sekali
menurutku, tinggi pula. Kalau benar dia adalah Bu Irah, aku yakin putrinya berumur
sekitar tiga sampai empat tahun.
Dia mengulurkan tangannya padaku. "saya Bu Irah. Kamu pasti Ian
kan?"
"Ya-ya… Saya Ian Bu." Jawabku tersenyum, membalas uluran
tangannya.
"bagus kalau begitu, ayo ikut saya!" Bu Irah mengajakku ke
lobi tadi, dan kami duduk di meja beundar terdekat.
Ternyata dari dalam. Aku bisa melihat banyak sekali orang yang sedang
membereskan ruangan ini. Ada yang sedang menata meja. Ada yang sedang menata
dinding. Ada pula yang sedang membawa bongkahan es berbentuk angsa.
"maaf, lobinya sedang kacau. Malam ini perusahaan suami saya mengadakan
peluncuran produk terbaru sekaligus syukuran." Bu Irah mencari sesuatu di
saku blazernya dan mengluarkan sebuah kertas." Ini…. Kamu bisa pelajari di
rumah."
Bu Irah menyerahkan kertas itu dan aku menerimanya. Kubaca tulisan yang
ada di sana sambil kembali menatap Bu Irah.
"Saya mohon….. jaga baik-baik toko saya…!!! dan bukan Cuma itu,
saya juga sangat mohon, putri saya benar-benar butuh seseorang yang sekaligus
bisa menjadi temannya. Anak seusiamu pasti mengerti suasana hatinya."
Aku tersenyum.
"mulai besok, suami saya di minta perusahaan untuk mengikuti
workshop produk sejenis di London, selama satu minggu dan saya juga akan ikut
untuk menemaninya, selama satu pekan. Nah, sebetulnya sebelum kamu, saya sudah
sering menyewa jasa pengasuh orang dewasa. Tapi tidak ada yang betah satu pun,
dan minta berhenti di tengah-tengah. Bahkan, ada pula yang sudah yakin di awal,
namun begitu melihat putri saya, langsung membatalkan pekerjaannya. Bagaimana
dengan kamu? Kamu kan laki-laki, dan ini merupakan kali pertama saya
mempercayakan laki-laki mengasuh putri saya. kamu betul-betul siap?"
"Ngngng…. Akan saya coba semampuku."
"Sebetulnya, tidak begitu berat kok. Kamu hanya harus menemaninya,
atau mengobrol dengannya. Yahh… terkadang dia sangat cerewet. Terkadang dia
sangat rewel, manja juga macam-macam. Bahkan kadang-kadang sangat bandel. Jadi…
di butuhkan ketahanan mendengarkan cerita yang mungkin kamu tidak akan
suka."
"Oh, baik… saya… saya… akan berusaha keras. Terima ksih karena ibu
sudah percaya sama saya."
"Yang kamu pegang sekarang adalah daftar yang wajib kamu lakukan
setiap waktunya, tentunya kalau pelanggan lagi kosong. Selama satu pekan ke
depan, kebetulan putri saya sedang libur. Jadi… dia akan banyak berada di
rumah. Di bawah tulisan itu, ada daftar hal yang tidak boleh anak saya lakukan.
Tolong patuhi peraturan ini, agar dia tidak semakin bandel."
Aku tersnyum lagi.
"Oh, untuk masalah gaji… Ngngng, mungkin…. Kamu boleh menentukannya
sendiri."
Apa? Sendiri?
Aku termenung, merasa seperti mendapatkan suatu anugerah.
Aku bisa menentukannya sendiri? Tidak salah? Kalau begitu, berapa yang
saya minta? Apa langsung empat juta saja? Hehehe… kebanyakan mungkin yah…!!
Takutnya tidak sopan! Eh, tapi, guci tujuh juta saja di pecahkan sama tuh anak
tidak apa-apa. Biasa-biasa saja. Empat juta kayknya tida berpengaruh deh sama
keuangan mereka.
"Ngngng… maaf. Bagaimana kalau… empat juta?" tanyaku tersenyum,
deg-degan menungu reaksi Bu Irah. Senyumku semakin lebar saja mencoba menatap
ramah Bu Irah. Keringat di setiap anggota tubuhku mulai berhamburan keluar.
Bu Irah melongo kaget.
Tuh kan..?? kayaknya empat juta kebanyakan, deh. Aku harus siap-siap
untuk mengatakan kalimat"saya Cuma bercanda kok bu."
"Kok sedikit sekali?" serunya heran.
Apa? Sedikit? Dia bilang sedikit?
"kenapa kamu tidak sekalian minta sepuluh juta saja? Empat juta
sih, terlalu sedikit. Cuma seharga HP pembantu saya." Bu Irah mengeluarkan
sebuah agenda kecil dari sakunya.
"Ngngng…. Tak usah deh, Bu. Jangan terlalu banyak." Pintaku
menolak tawaran besarnya. Bukannya aku sok rendah hati, tapi buat apa aku
pegang uang sebanyak itu?
Empat juta masih sedikit? Gila!
"Eh, bagaimana, sih? Sudah, sepuluh juta saja."
"Ngngng…. Lima juta saja deh. Sepuluh juta kebanyakan, bagaimana
saya memegang uang sebanyak itu, Bu?"
"Kok, pake nawar segala? Sudah, sebelas juta saja."
"Ibu… tidak usah. Jangan kebanyakan!"
"Gi mana sih?! Kok nawar? Sudah ah, sebelas juta pokoknya!"
"Ngngng…. Enam juta saja deh?"
"Ah, kamu mintanya sedikit sekali. Sudah, deh! Tak usah komentar
lagi. Dua belas juta. titik!" Bu Nira menuliskan angka tersebut di buku
agendanya."
Oh… my …. God…!!
Mimpi apa aku semalam bisa dapat uang sebanyak ini sekali kerja?! Ya,
ampun…. Betul-betul mukjizat!! Bagaimana sebenarnya sih, putrinya sampe aku di
gaji sebanyak ini?!
dua belas juta, kawan..! dua belas juta!
"Baiklah, sekarang, ibu ingi bertanya. Apakah kamu bisa
dipercaya?" Tanya Bu Irah serius.
Aku yang asyik membaca daftar peraturan bingung.
"Ngngng…. Apa ya? Ngngg… sebentar."
Kukeluarkan sepotong kertas kecil dari dalam ranselku, lalu kutuliskan
alamat lengkapku. Kuambil pula foto terbaruku dan kartu mahasiswaku.
"Ini semua jaminannya. Tak ada yang palsu, Bu. Kalau ternyata saya
ketahuan dan terbukti melakukan perbuatan yang merugikan, anda bisa menuntut
saya di alamat ini. Atau kalau tidak percaya, anda juga bisa menghubungi kampus
saya sekarang juga. Saya memiliki surat berkelakuan baik, dan tidak pernah
terlibat dalam kenakalan remaja, apa lagi tindak kriminal, seperti demo
anarkis."
Bu Irah tersnyum, membaca kartu mahasiswaku.
Peraturan
Lakukanlah :
·
Bukalah toko pada jam 08.00 pagi tepat. Sebelum buka
toko, beri Dede sarapan. Dan jangan lupa beri makan dede tiap harinya 3 kali
sehari. Dede termasuk malas makan. Berikanlah dia makanan kesukaannya. Makanan
kesukaan bisa ditanyakan ke pambantu.
·
Menemaninya nonton Tv. Jangan biarkan dia duduk di
sofa sendirian. Dia tidak tahan nonton TV kalau tak ada orang disampingnya
untuk berbagi komentar.
·
Perhatikan barang yang stoknya hampir habis. Tulis
dalam buku yang ada di atas meja.
·
Harga barang sudah ada di buku daftar harga. Dede juga
hampir tau semua harga barang.
·
Menemani dede melakukan segala hal baik dalam toko
maupun diluar. Sepanjang liburan ini.
·
Toko tutup tepat jam 08.00 malam. Sekaligus menemani
Dede sebelum tidur. Dede akan tertidur lelap kalau ada yang bercerita di
sampingnya. Dan menyelemutinya.
·
Mengingatkannya mandi. Minimal satu kali sehari.
Setidaknya ajak dia berenang.
Dilarang :
·
membuka dan menutup toko tidak tepat waktu.
·
Membuat hati Dede kecewa.
·
Membiarkannya pergi keluar ketika malam.
·
Membiarkannya sendiri.
·
Mengajaknya pergi keluar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar