Komitmen dan Jodoh. Di manakah Posisi Komitmen Ketika disandingkan dengan Jodoh?


Hidup di dunia ibarat sebuah perjalanan singkat yang mengisyaratkan untuk kembali. Yah, pergi untuk kembali, itulah dunia. Entah Sudah beberapa macam cobaan dan ujian yang kita lalui dan jalani dalam mengitari kehidupan ini. Setinggi apapun cita-cita yang kita dambakan ujung-ujungnya wajib kita kembalikan kepada sang pencipta, karena kita sadar kehidupan ini telah digariskan oleh-Nya. Baik itu berupa harta, kedudukan, jabatan, cobaan, keturunan, dan Jodoh.

Saya tak ingin berceramah lebih jauh lagi.
Hal menarik untuk dibicarakan pada saat ini adalah kata terakhir dari paragraf pertama tadi, Yah JODOH. 

Tentunya setiap orang ingin jodoh yang diberikan oleh Tuhan kepadanya adalah orang yang ia cintai. Merupakan kebahagiaan tersendiri menurut sebahagian orang, ketika wanita atau pria yang ia cintai sejak dahulu itu yang menjadi jodohnya. Sampai ada yang mengesampingkan kalimat "jodoh di tangan Tuhan". 

Memang, kita sebagai manusia biasa mampu membuat konsep yang begitu menarik dalam hidup kita. Kita mampu mendesain hidup ini semau kita. Tapi satu hal yang perlu diingat, Manusia hanyalah manusia, manusia bukan maha penguasa, apalagi maha pencipta. Sebaik apapun konsep yang kita buat dalam hidup ini, belum tentu baik menurut Sang Pembuat skenario kehidupan ini. 

Jodoh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang cocok menjadi suami atau istri; pasangan hidup.  Sedangkan menurut Islam, jodoh itu adalah berdasarkan Firman Allah Swt. : Allah subhanahu wata'ala berfirman:" Dan diantara kekuasanNYA ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya,dan dijadikanNYA diantaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (QS.Ar-Ruum:21)

Nah, yang menjadi permasalahan banyak orang sampai saat ini, adalah bagaimana kah cara agar jodoh kita adalah orang yang kita cintai?  Apakah perlu sebuah KOMITMEN menjalaninya?

Saya yakin, banyak di antara pembaca yang menjadi korban dengan komitmen tersebut. Komitmen yang awalnya membuat kita berbunga-bunga, tetapi seiring berjalannya waktu, justeru komitmen itu sendiri yang membuat kita sakit hati, galau dan merana. 

Kita membuat sebuah komitmen kepada manusia, yang kita tahu sendiri manusia adalah makhluk yang tidak pernah lepas sekalipun dari sebuah kekhilafan. Ketika kita menjalankan sebuah komitmen, di situlah kadang ada timbul sebuah keegoisan dan melupakan takdir yang telah digariskan oleh Tuhan. Padahal membuat sebuah komitmen kepada pasangan, berharap keduanya mematuhi komitmen itu dan berujung ke pelaminan, itu ibarat kita mengarungi sebuah samudera yang luas menuju sebuah pulau yang jauh tetapi tidak memikirkan apakah kapal kita tidak akan kehabisan bahan bakar, apakah kapal kita kuat atau apakah tak ada badai dan angin topan di tengah samudera. Seolah-olah kita sudah pasti melewatinya. 

Ingat, ada sang Pembolak balik hati mengawasi kita. Kita hari ini tidak mungkin sama dengan kita yang akan datang. Jadi, perlukah komitmen itu?

Perlu tidaknya suatu komitmen dalam menjemput jodoh itu tergantung peribadi masing-masing. Tidak mungkin untuk dipaksakan ke setiap individu. Karena mejadikan komitmen itu sebagai utama dan nomor satu sungguh merupakan kesalahan terbesar. Jangan sampai menomor duakan sang penentu kebijakan yang abadi. Tak perlu menjanjikan sebuah komitmen ketika kita sendiri tak mampu Istiqomah berbuat baik dalam hidup ini. Tulang rusuk tidak akan mungkin tertukar dari pemiliknya. 

Masalah selanjutnya berasal dari pihak laki-laki,  Lantas ketika kita tidak berkomitmen, akan ada orang yang mendahului kita atau istilahnya mengambil jodoh kita. 

Takut? Sebenarnya ketakutan itu berasal dari diri kita sendiri. Semua yang terjadi adalah kehendak-Nya, jadi sekali lagi berharaplah kepada sang pencipta, bukan kepada yang diciptakan. Sebenarnya simpel ketika ada orang yang mendahului kita, itu berarti dia bukan tulang rusuk kita, bukan pasangan yang dikehendaki Tuhan dan bukan jodoh kita. 

Akan ada jodoh yang mungkin lebih baik dari yang kita fikirkan. Karena apa yang kita senangi belum tentu baik  menurut-Nya dan sebaliknya, yang kita benci bisa saja menjadi yang terbaik bagi kita. Sehingga cara terbaik dalam menjemput jodoh itu adalah memperbaiki diri agar bisa lebih baik lagi. Untuk seorang pria, memperbaiki dirinya menjadi seorang ayah yang baik buat anak-anaknya kelak serta belajar menjadi pemimpin keluarganya. Sedangkan untuk wanita, belajar menjadi isteri sholehah dan menjadi ibu yang cerdas bagi anak-anaknya kelak. 

Karena jodoh itu bukan tentang seberapa cepat atau seberapa lambat datang, melainkan jodoh akan datang tepat pada waktunya. Bukan tentang siapa, melainkan yang terbaik. 

KISI-KISI BAHASA ARAB KELAS VII A,B,C, D, E dan F TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN ANNAHDLAH LAYANG / SUDIANG

 
1.      Ungkapan-ungkapan
2.      Ucapan perkenalan
3.      Percakapan.
4.      IsmulIsyarah. (Kata Tunjuk)
5.      Muannas mudzakkar.
6.      Kosa Kata
a.       Lemari
b.      Jam
c.       Atap
d.      Sekolah
e.       Kelas
f.       Pulpen
g.      Meja
h.      Bangku
i.        Kursi
j.        Jendela
7.       Keterangantempatmisalnya, Di depan, Di Belakang, Di atas, Di Bawah, Di sampingdll.
8.       Kosa kata warna Biru, cokelat, hijau, hitam, kuning, merah, putih.
9.       Kata ganti personal tunggal yang bersambung
a.  إياي
b. إياك
c.   إياك
d. إياه
e.  إياها
10.  Angka 1-100 dalam bahasa arab.

مَعَ النَّجَاح