Pemilma Raya : Ajang Perang-Perangan Spanduk

"Setiap dari kamu adalah pemimpin, dan bertanggung jawab kepada seluruh yang dipimpinnya"

Lapangan yang hijau, Pepohonan yang rindang, gedung-gedung nan mewah serta binar-binar lampu di malam hari adalah sebuah pemandangan sejuk yang saya dapat ketika pertama kali memasuki kampus ini. Yah, Bukan UIN Alauddin namanya kalau tidak hijau. Begitu kata orang. Entahlah, apakah itu sebuah motto, simbol atau malah sebuah cacian dan hinaan...?? Entahlah... Saya baru di sini dan saya tidak tahu.

Dari hari ke hari saya menginjakkan kaki di kampus (yang katanya) peradaban ini, saya sudah bisa merasakan kesejukan akan aroma hijaunya padang rumput yang terpampang luas. Wawww... Kataku. Selain itu, suasana islami pun tampak selalu menyelingi kehidupan ber kampus di sini.



Namun, cuma beberapa hari itu saja. Kira-kira dua bulan, atau sebut saja beberapa bulan. Perasaan sejuk itu mulai sirna perlahan-lahan, hilang satu persatu. Yang muncul malah perasaan tak enakku dengan kampus ini. Yah, terutama dengan para senior-senior yang sok jago di luar sana, yang mengaku dirinya paling benar di antara para profesor-profesor yang sudah sekian lama duduk manis menjalani pahitnya bangku kuliah. Selain itu, suasana kampus yang sering menunjukkan tidak ber adab, padahal kampus peradaban yang asal katanya adalah ADAB atau berAdab. Namun, sudahlah.... Saya mau cepat-cepat selesai dan keluar dari tempat ini, tapi tentunya dengan IPK yang memuaskan.

Tepatnya sekitar bulan ketujuh saya kuliah di sini, saya kaget dengan sebuah keadaan yang begitu aneh menurutku. Yah, akan diadakan pemilihan ketua HMJ, BEM Fakultas, Presiden Mahasiswa baru kala itu yang beken disebut PEMILMA RAYA. Saya katakan wawww.. lagi waktu itu...!!! Mengapa saya bilang wawww...??? Yah, karena suasana PEMILMA tersebut yang membuatku terkatung-katung.

Singkat cerita, acara pemilihan pun tiba dengan keadaan saya masih sebagai mahasiswa baru yang tak dan tak tahu menahu tentang seluk beluk acara seperti ini. Kalaupun acara pemilihan ini sama halnya acara pemilihan ketua osis baru di pesantren, saya sudah menimbang-nimbang kemungkinan yang terjadi. Palingan akan ada teriak-teriakan yang kencang ketika perhitungan suara. Saya sudah perhitungkan itu semua. Akan ada calon yang kalah dan bersedih serta akan muncul ketua baru yang berbangga diri dan segera memberikan sambutan. Sementara saya menimbang-nimbang hal tersebut dan seketika ingin memasuki ruangan Tempat Pemilihan, tiba-tiba saya tersontak kaget dengan perlakuan seorang senior yang menodongkan sebuah senjata tajam ke arah saya sambil menyuruh dengan paksa alias mengancam untuk memilih salah satu calon kandidat. Yah, saya yakin dia adalah Tim Suksesnya. Wahhh... Bukan hanya pemilihan presiden yang ada tim suksesnya, Fikirku. Cuma calon ketua BEM saja punya Tim Suksessss...!!





Dan kalian sudah bisa tebak kan, yang saya pilih siapa???
Yah, betul sekali, saya mencoblos seluruh gambar wajah setiap calon ketua waktu itu dengan perasaan jengkel sambil membayangkan kalau paku yang saya gunakan untuk mencoblos adalah senjata tajam tadi yang disuguhkan ke arahku. Kejam kan..??? AH, itu tidak sekejam perlakuan mereka...

Semenjak acara PEMILMA yang saya rasakan ketika itu, saya tidak peduli lagi dengan PEMILMA yang diadakan selanjutnya. Tahun berikutnya, acara PEMILMA kembali digelar tetapi tak ada sesuatu yang bisa saya ceritakan karena saya menghadiri acara tersebut cuma beberapa menit saja, karena kebetulan teman satu angkatan saya yang menjadi calonnya da kebetulan lagi dia adalah teman dekat saya. Selebihnya, saya langsung pulang dan tidak memikirkannya.

Nah, pada tahun inilah, tahun ketiga saya kuliah sekaligus tahun ketiga saya mendapati Acara PEMILMA di kampus ini. Sangat banyak perbedaan yang mencolok dari PEMILMA sebelum-sebelumnya. Yah, mungkin sudah banyak sekali yang ingin menjadi nomor satu di Jurusan, Fakultas dan kampus ini. Dan yang saya herankan, kebanyakan dari mereka yang ingin menjadi nomor satu (katanya), justru mereka yang tak pantas untuk ditiru. Rambut acak-acakan, Pakaian tak karuan, pakai sandal, celana sobek-sobek dan lebih parahnya IPK nya itu loh yang 2,5 saja tidak sampai. Tapi, cuma sebagian kok, ada juga kandidat yang tidak seperti itu.

Namun, pada PEMILMA di tahun 2014 ini, yang menjadi ciri khas utamanya adalah adanya perang spanduk yang dilakukan oleh seluruh kandidat. Selain itu, di dalam spanduknya terpampang foto kandidat yang sangat memohon untuk dipilih. Yah, memohon...!! Macam-macam model spanduk yang dibuat oleh tim suksesnya. Kalau menurut saya, spanduk yang paling keren lah yang akan lebih bersinar. Dan spanduk yang keren itu, adalah hasil dari tim sukses yang  menguasai desain grafis. Jadi, artinya tim sukses yang bisa desain graifs lah yang akan lebih membantu dalam PEMILMA ini. Bukan hanya itu, di dalam spanduk yang sempat mengotori jalan-jalan serta dinding-dinding di kampus itu pun memiliki kata-kata unik dan menarik yang ditulis di samping foto kandidat. Macam-macam...!!! Lagi-lagi tergantung kepada tim suksesnya... Yang harus begadang berhari-hari demi berpartisipasi membantu kadidatnya untuk memenangkan PEMILMA kali ini.

Dan itulah kenapa judul tulisan ini Perang Spanduk.
Baru masuk saja, kita sudah bisa lihat digerbang-gerbang, beberapa foto kandidat yang akan dipilih. Lewat gerbang pun, ada deretan spanduk yang agak kecil, tapi walaupun kecil tapi itu memenuhi jalan sepanjang kampus. Bukan hanya itu, sampai depan fakultas, tak kalah ramainya dengan spanduk calon BEM fakultas masing-masing. Saya kira, pemandangan foto-foto serta kata-kata kandidat berhenti sampai di situ. Pas ketika saya ingin mencari-cari sebuah informasi di mading, Eh, tak ada satupun info yang saya dapat, yang ada cuma poster-poster calon ketua HMJ masing-masing jurusan yang tidak memungkinkan untuk membuat spanduk. Wetsss... o, iyya hampir saya lupa. Para kandidat pun punya sebuah singkatan-singkatan khusus yang dapat menarik minat mahasiswa untuk memilihnya. Pokoknya macam-macam lah, intinya mereka semua minta didukung.

Hari pemilihan pun tiba.
Kampus yang dulunya agak sepi, kini terlihat sangat ramai. Yah, ramai karena dipenuhi oleh desak-desakan para mahasiswa yang ingin memilih seorang kandidat untuk menjadi ketua di jurusan, fakultas serta kampus ini. Yang saya herankan ketika melihat seluruh kandidat berubah secara drastis. Baik dari segi pakaian, tingkah laku, senyuman dan lain-lain. Mereka tampak lebih sopan. Yah, tentu saja itu akan mempengaruhi pilihan dari para mahasiswa. Macam-macam trik yang mereka lakukan. Saya sempat cekikikan melihat itu semua. Bayangkan saja, baru masuk gerbang kampus, saya langsung dijemput oleh seorang mahasiswa yang minta dipilih. Selanjutnya saya menuju fakultas, eh ada lagi kandidat lain yang langsung menjemput saya bahkan mengantarkan saya langsung menuju ruempa pemilihan. Wahhh.. Wahhh...!!!

Saya harap hal seperti ini bisa bertahan ketika para kandidat terpilih mengemban jabatan ketua nanti. Tidak berubah dari segi penampilan, tingkah laku, dan rasa sosial mereka. Walaupun saya sama sekali tidak tertarik dengan dunia politik yang apalagi cuma ada di ruang lingkup Kampus, namun saya juga kadang merasa terhibur dengan tingkah-tingkah para kandidat yang sangat memohon untuk dipilih. Beragam bahasa yang mereka gunakan pun tidak jarang membuatku hampir tertawa terbahak-bahak.

Yang jelas, apapun itu, pergantian ketua dari HMJ, BEM F, dan BEM Universitas sama sekali tidak berpengaruh dalam hidupku kuliah di sini. Sama sekali tidak. Intinya, saya ingin cepat-cepat selesai dari sini, dapat IPK memuaskan dan selanjutnya mengejar cita-cita dan harapan...!!!

Sukses buat HMJ, BEM Fakultas serta BEM Universitas terpilihhh...!!!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar