Pesantren Kilat : Murid Nakal VS Ustadz Pemula

Senin, selasa dan rabu yang lalu merupakan tiga hari berturut-turut yang paling kutunggu. mengapa oh mengapa? pada hari itulah mentalku diuji, kemampuanku dilihat dan nasibku terungkap. Hahaha...!!

Semua bermula dari sini.
Berawal dari rapat pembekalan pesantren kilat yang kuikuti berkat ajakan paman saya. Sebelumnya, saya ingin berterima kasih kepada beliau telah membantuku dalam mencapai segala keinginan dan harapanku. Saya beruntung punya paman seperti dia. Hebat, enerjik, pantang menyerah. Sekali lagi saya berterima kasih kepadanya.



Pesantren Kilat merupakan hal yang tidak terlalu asing bagiku. Pasalnya, setiap tahun program tersebut diadakan di pesantren Kebangganku. Dan saya sebagai alumni pasti taulah mengenai kabar tentang pesantren Kilat tersebut. Namun sayangnya, selama saya santri sampai alumni sekarang ini, baru pertama kali mengikuti kegiatan ini. Itupun karena didesak oleh paman saya.

Alhasil, saya ditempatkan disebuah Sekolah Dasar di Kota Makassar, tepatnya di salah satu SD di kecamatan Tallo, SD Galangan Kapal 3 namanya. Sebuah SD yang tenteram bagi siswa-siswinya, berkah bagi guru-gurunya dan teduh bagi warga sekelilingnya.

Hari pertama,
Kukenalkan namaku pada siswa-siswa yang akan kuajarkan Agama Islam. Saya mendapatkan
siswa yang menurut guru-guru di sekolah tersebut merupakan siswa-siswa ternakal. Saya mulai memperkenalkan diri di hadapan mereka yang waktu itu, mereka masih asing melihatku sehingga raut kenakalan mereka belum seutuhnya muncul. Kabar baiknya, kelihatannya mereka menyukai caraku yang lucu. Jadi kuputuskan untuk mengajar dengan pembawaan yang lucu khas anak-anak.



3 jam berlalu, saya mulai merasa raut kebosanan dari anak-anak mengikuti materi. Jadi kuputusakan menambah aksi-aksi lucu di hadapan anak-anak yag alhamdulillah sama sekali tidak berhasil kecuali bagi sebagian kecil siswa. Namun, itu tak membuat saya menyerah dan lari dari tanggung jawab. Saya justru beranggapan bahwa saya mulai berhasil karena sebagian siswa sudah mulai memperhatikanku. Yah, ini sudah setengah perjuangan. waktunya tiga hari saja, sedangkan targetku dalam tiga hari tersebut adalah mempu membuat seluruh siswaku bertekuk lutut padaku, dalam artian membuat mereka senang diajar olehku. hari ini adalah hari pertama, dan saya sudah berhasil mempengaruhi sebagian anak, walaupun masih sebagian kecil. Tak apalah, pikirku.

Sehabis shalat dhuhur berjama'ah, kumulai lagi pelajaran dengan membagi kelompok dan membuat sebuah permainan yang menurutku akan diikuti oleh anak-anak. Yah, dugaanku benar, seluruh anak-anak mulai bersemangat mengikuti permainan tak terkecuali siswa ternakal di kelas itu. Setengah jam berlalu, dugaanku kini keliru, dari 30 siswa, kira-kira hanya sekitar 12 orang yang begitu memperhatikan. Sisanya, ada yang tidur, melamun, main dan berkelahi dengan temannya. Namun, saya semakin bersemangat, karena itu artinya sisa 18 orang lagi yang perlu saya berikan perhatian lebih. untuk yang 12 anak lainnya, aku sudah berhasil merenggut hatinya. Dan hari pertama Pesantren Kilat kulalui dengan begitu semangat tak sabar menunggu esok.

Hari Kedua.
Besoknya, hujan mengguyur kota makassar yang kemarin-kemarin dilanda panas yang begitu menyengat. Entah karena apa, seolah-olah saya disuntik dengan suntikan semangat yang tinggi menuju ke sekolah untuk mengajarkan dalam pesantren kilat waktu itu.

Dengan pembukaan yang sangat pas, anak-anak mulai memperhatikan materi yang kuajarkan. Fikirku ini merupakan cara yang pas untuk mengambil hati anak-anak. Yah, di waktu pagi paling enak memberikan keyakinan kepada siswa-siswa kalau saya ini adalah seorang guru yang mampu memberikan yang terbaik buat mereka. Yah, waktu pagi. Kenapa waktu pagi? Yah, jawabannya karena waktu pagi, keadaan jiwa anak-anak belum terlalu stabil, belum panas dan masih malas melakukan keributan. Jadi, waktu itulah kucoba berbagai trik untuk mengambil hati mereka. Hahaha....!!

Dan berhasil. Aplossss.. dulu...!!!

Awalnya, semua anak mulai mengikuti materi dengan baik. Hingga tepatnya pukul 11 siang, seorang murid yang terkenal nakal di kelas itu memulai aksinya dengan melempar salah seorang temannya dengan kertas yang telah digulung-gulung. Dan parahnya, anak yang dilempar membalas hingga jadilah perang lempar-lempar kertas yang diikuti oleh siswa lainnya. Saya mulai emosi (Yah, karena seorang Ustadz pemula masih belum bisa kendalikan emosi) dan walhasil saya pun menggertak semua anak yang disusul oleh diamnya seluruh anak-anak karena mungkin ketakutan. Kemudian, dasar anak-anak nakal, satu orang mulai terihat menahan tawa sampai ia kebablasan dengan tawa yang sedikit ditahan membuat anak-anak lainnya tertawa lagi. Ampun......!!



Saya memikirkan seluruh metode dan cara untuk mendiamkan suasana gaduh dalam kelas. Dan akhirnya, saya meninggalkan mereka semua dalam keadaan tertawa yang sangat riuh. Mencoba akting berjalan keluar kelas dengan raut wajah yang pura-pura kesal. disusul dengan menutup pintu dengan menghempaskan daun pintu dengan agak keras sehingga secara spontan seluruh siswa yang tadinya riuh kini menjadi sunyi senyap. Mungkin mereka kira saya ngambek betulan. Hahahaha.... Hampir berhasil.

Lima menit berlalu, saya yang masih berada di luar kelas dengan berharap siswa akan luluh. saya sangat heran, selama saya berada di luar kelas, suasana kelas sangat tenang, damai dan sejahtera. Mana suara Khaidir (murid nakal itu), mana suara pukulan bangku anak-anak? mana?

Saya menunggu momen yang tepat untuk masuk menghampiri mereka. Di tengah penantian momen itu, tiba-tiba seorang murid yang kutahu kalau dia adalah siswa terpintar di kelas itu berada di belakangku sambil memegang baju bagian belakangku dan meminta maaf dengan sangat tulus sambil menampakkan raut wajah yang prihatin. "Kayaknya saya berhasil" Pikirku.

Dan Yah, congratulation... Semua anak-anak tampak menyesal dengan perbuatan mereka dan mencoba tenang dalam mengikuti materi. Sehingga membuatku memulai lagi pelajaran dengan sangat tenang. Hingga akhir jam pelajaran, kelas aman, terkendali dan kondusif. Dan saya mulai yakin bahwa hati mereka kayaknya sudah mulai berpihak kepadaku. Saya tak sabar menanti hari esok dengan petualangan yang tampaknya akan sangat hebat karena besok adalah hari terakhir.

Hari terakhir.
Berkat trik pura-pura ngambek yang kulakukan kemarin, seluruh siswa sangat tenang dalam menerima materi. Saking tenangnya, ada beberapa siswa yang sempat tertidur. Wah, kayaknya ngambek itu terlalu berlebihan. Saya juga kasian dengan anak-anak yang mengikuti pelajaran dengan keadaan tidak enjoy seperti ini. Oke, saya harus mulai mengimbangi antara lucu, tegas dan kejam. kenapa mesti kejam? Yah, kejam juga dibutuhkan. Tindakan lucu untuk membuat jiwa anak-anak bisa lepas dari masalah. Tegas untuk mensterilkan jiwa anak-anak agar tidak terlena dengan kelucuan. Sedangkan kejam, walaupun tak baik menerapkan tindakan ini namun kejam juga dapat membuat jiwa siswa sedikit dipaksa untuk mengikuti pembelajaran. Karena menurut seorang dosen saya yang di fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN ALAUDDIN MAKASSAR, walaupun kita 100% menguasai metode pembelajaran yang pernah kita pelajari, namun tidak tahu menahu cara mengontrol jiwa seorang anak, maka metode-metode tersebut percuma kita kuasai. Dan itu benar terbukti dari pesantren Kilat ini.

Hari terakhir ini semakin membuatku bersemangat untuk mengajar mereka. Mengajarkan mereka Ibadah, Akhlak, Muamalah dan sebagainya yang merupakan dasar-dasar dari agama.

Pesantren kilat di SD Galangan Kapal 3 pun berakhir pada hari Rabu sore. Seluruh anak-anak tampak puas mengikuti pesantren kilat tersebut. Yah, tampaknya. Karena raut wajah mereka mengatakan bahwa mereka masih ingin belajar pesantren kilat lagi. Saya sangat senang dengan itu semua. Satu persatu mereka mulai mencium tangan saya pertanda mereka akan pamit kepadaku.



Terima kasih murid-muridku, terima kasih atas pelajaran dan pengalaman yang diberikan kepadaku. Saya sangat menikmati itu semua. Kebersamaan yang muncul setelah pesantren kilat itu, canda, tawa, keluhan, keributan, siswa pintar, siswa nakal, cerewet, menangis, berkelahi hinggal masalah-masalah lain yang mereka timbulkan membuatku merasa sangat banyak mendapatkan pelajaran. Terima kasih atas itu semua.

Selain saya, banyak dari teman-teman saya juga yang ikut dalam program mengajar pesantren kilat ini. Saya harap mereka semua bisa merasakan hal yang sama sepertiku bahkan lebih. Semoga cerita ini membuat teman-teman, kawan-kawan serta sahabat-sahabat tetap semangat dan eksis dalam mengajar. Baik dalam pesantren kilat maupun dalam selain dari itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar