Kepiting Terenak di Dunia ada di Bone

Kepiting adalah hewan unik. Dia adalah satu-satunya hewan yang tidak pernah maju dan tak pernah mundur, tetapi menyamping. Selain itu hewan ini memiliki rasa khusus jikalau dimasak dan dijadikan lauk ketika kita makan. Kita bisa lihat ada beberapa restoran kepiting tersebar di sekitar kita dan harganya pun tidak main-main, padahal kalau kita lihat isinya, waw sedikit. Namun bagi penikmat makanan, bukan soal banyak, tetapi soal rasa. Berbeda dengan mahasiswa, bukan soal rasa, yang penting adalah jumlahnya.


Berikan aku tujuh pemuda akan kuhabiskan kepiting di Bone
Saya tidak mau bercerita banyak tentang asal usul kepiting itu, karena teman-teman bisa baca asal usul kepiting DI SINI, YAH KLIK DI SINI (Blognya Teman). Kali ini saya akan berbagi cerita tentang perjalan yang beberapa hari lalu saya dan teman-teman lakukan. Sebenarnya bukan perjalanan liburan, tetapi kunjungan ke rumah salah seorang teman yang berduka karena kehilangan seorang Ayah di Bone. Al Fatihah untuk almarhum ayah teman kami.

Perjalanan ke Bone awalnya saya mengira bakal menjadi perjalanan yang sulit karena rute perjalanan dari Makassar menuju Bone terdapat banyak tikungan menurun tajam setajam silet. Eh. Terlebih lagi waktu itu hujan seolah-olah tidak ingin berhenti mengguyur. Jadi kami putuskan untuk melakukan perjalanan dengan santai tidak ngebut-ngebut. Terlebih karena banyak di antara kami yang belum pernah sekalipun melakukan perjalanan menggunakan motor ke Bone, jadi yah begitu lah.

Kami bertujuh, ada Bisma berboncengan dengan Kurniawan, Bos Enal berboncengan dengan Haris Babel, Sofyan berboncengan dengan Mail, dan saya sendirian (hahaha dalam hal beginian pun saya kadang sendirian). Perjalanan kami sedikit susah karena hujan, namun bukan berarti kami benci hujan, karena hujan adalah rahmat, maka kami melakukan perjalanan ini penuh dengan rahmat, Kami syukuri itu.

Tak terasa sekitar 5 jam perjalanan dengan mendaki gunung, lewati lembah sungai mengalir indah ke samudera kami sampai dengan selamat ke tujuan, Rumah yang sederhana tetapi sejuk bagi penghuninya. Begitu juga dengan kami. Kami disambut dengan begitu ramah walaupun sebagian penghuni rumah sudah terlelap karena kebetulan kami sampai pada jam 10 malam hujan, mati lampu serta angin kencang. Bukan hanya keramahan penghuninya, yang membuat saya lagsung betah berada di rumah ini yaitu beberapa saat kemudian kami disuguhi sebuah makanan istimewa yang jarang saya makan di kota. Yah, KEPITING. ada beberapa macam kepiting yang disediakan buat kami. Kepiting rebus, Goreng dan Tumis. Waww.. Selain itu jumlahnya banyak sehingga rasa menjadi urutan kedua dalam hal ini.

Saya baru tau bahwa di desa ini merupakan salah satu penghasil kepiting terbesar di sulawesi selatan. Desa Cenrana namanya, sejuk, adem dan warganya ramah menambah keunikan desa ini. Kita bisa rasakan euforia desa ini ketika berinteraksi dengan warganya. Kembali ke kepiting tadi, ternyata kepiting itu dagingnya akan terasa empuk ketika kepiting itu masih baru, artinya ketika sudah lama mati, seperti yang dijual di beberapa pasar akan beda hasilnya dengan kepiting baru yang baru saja mati lalu kita masak dan itu menjadi ilmu baru bagi saya loh.

Sebenarnya awalnya saya tidak terlalu suka dengan kepiting. Dagingnya sedikit serta butuh perjuangan untuk memakannya membuat saya tidak terlalu menikmati ketika orang di rumah memasak kepiting. Tetapi, setelah ke Desa Cenrana ini barulah saya merasakan nikmatnya kepiting. Dagingnya banyak, Empuk, Gurih, Renyah, serta mudah untuk dimakan karena cangkang yang biasanya keras, ini lunak berkat cara masak orang-orang desa ini. Keren yah. Eh, kok keren, Lezatt deh pokoknya. Baru kali ini saya memakan kepiting lebih dari 10 ekor dalam sehari, waww..

Kalau teman-teman berniat ingin mengunjungi Desa Cenrana ini dan merasakan nikmatnya makan kepiting buatan warga sini. Buruan, sebelum lahan kepiting ini diambil alih oleh orang luar dan dijadikan tempat wisata atau dijadikan gedung pencakar langit . Ah, Desanya sejuk, kepitingnya enak, warganya ramah-ramah ditambah kepitingnya banyak. Eh bukan cuma kepiting, di sini juga ada udang, tetapi bukan udang yang ada di balik batu loh, bukan. Udangnya ini yah sama seperti di tempat kalian, udangnya tidak lurus. Tetapi lagi-lagi berkat racikan tangan warga-warga di sini sehingga udang yang biasa-biasa tadi disulap jadi luar biasa enak walaupun sekedar dijadikan bakwan, ah saya ngiler nulis postingan ini.

Menikmati Tuak Cenning (Arak Manis) Khas Kabupaten Bone. Angkat sekali lagi gelasmu kawan..

Sumpang La'bu, 
Desa Cenrana Kab. Bone, Ada perempuan menggendong anaknya, itu ibunya loh..
Kepiting rasa tak bisa move on. ini kepiting terakhir.
Mari Ngeteh Mari Bicara.. Eh, mari makan kepitingnya.


Walaupun jodoh tak muncul di desa ini tetapi berkat pesona kepiting dan udang yang menyatu bisa membuat kunjungan ke Desa ini begitu penuh kenangan. Alhamdulillah,

Sebenarnya tujuan kami ke desa ini, untuk khatam qur'an yang pahalanya buat almarhum ayah teman kami, dan Alhamdulillah proses khatam qur'annya sampai 2 kali khatam. Semoga ayah teman kami diterima di sisi Allah serta dimasukkan ke dalam surganya Allah. Aamiin yaa rabb.. Allahumma gfirlahu warhamhu wa'aafihi wa'fu 'anhu. Allahumma laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinna ba'dahu wagfirlanaa wa lahu..

Saya tadi bilang bertujuh kan?? Padahal cuma enam orang.. Eh ternyata orang ini dihitung dua..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar