"MENGAJAR", Apa Sebenarnya Yang Dicari?


Desember tahun 2014 adalah waktu terbahagia yang pernah kulalui. Berhasil menyelesaikan studi sarjana di jurusan Pendidikan Bahasa Arab merupakan salah satu pencapaian hebat. Namun, setelah hari itu, semuanya terasa semakin berat. Berusaha menjadi seorang yang berguna di mata keluarga adalah beban terberat. Syukurlah, pesantren yang dulunya tempat saya belajar bersedia menampung. Menjadi seorang pengajar memang merupakan salah satu prospek dari jurusanku sewaktu kuliah. 

Tahun pertama mengajar
Ketika itu saya begitu menikmati menjadi seorang pendidik. Semua hal-hal kecil selalu saya perhatikan. Berpakaian rapi, datang tepat waktu dan selalu tersenyum kepada para murid. Mengajar merupakan hal yang begitu saya senangi waktu itu. Saya selalu berusaha menjadi guru favorit bagi para murid. berbagai metode yang dulunya saya pelajari di kampus, sedikit demi sedikit saya terapkan. Tidak jarang, para murid kelihatan sangat menikmati. 

Tahun kedua.
Tahun ini saya masih sangat antusias dengan proses belajar mengajar. Saya mulai mengembangkan beberapa metode pembelajaran, menggunakan media-media teknologi serta menyelipkan beberapa lelucon di sela-sela mengajar. Maklum, yang saya ajar waktu itu adalah murid-murid kelas 7 dan 8 tsanawiyah atau setingkat dengan SMP. 

Tahun ketiga
Hobi dan kesenangan-kesenangan lainnya mulai kembali saya geluti. Yah, hitung-hitung sebagai penghilang stres. Jadi paginya mengajar lalu sore atau malam harinya melakukan hobi. Saat itu saya masih bisa menyeimbangkan antara hobi dan pekerjaan. Memang terasa nikmat ketika bisa mengatur waktu. 

Tahun keempat
Nah, di sini adalah cobaan terbesar saya sebagai seorang pengajar. Di tahun ini, saya bukan hanya sebagai seorang guru, namun diamanahkan sebuah jabatan yang begitu penting. Di saat yang bersamaan hobi yang kegeluti selama ini begitu menyenangkan. Dengan waktu yang begitu padat dalam pekerjaan serta antusias hobi yang begitu sangat menggoda membuat saya kelabakan. Saya selalu merasa ingin melakukan keduanya dengan maksimal. 

Tahun kelima
Tahun yang begitu berat menurutku sebagai seorang pengajar. Dengan jabatan yang memiliki tugas begitu penting, serta memiliki kelas yang banyak, membuat saya sempat kocar-kacir. Kadang ada tugas yang terbengkalai karena pada waktu yang bersamaan tuntutan hobi yang kujalani juga semakin mendesak. Yah, saya sadar bahwa jangan sampai hobi menganggu pekerjaan. Namun, entah karena pada saat itu saya masih sangat muda dan begitu terpikat dengan sebuah hobi, sehingga menganggu tugas utama saya sebagai pengajar. Walhasil, saya melepas jabatan penting itu. Lalu mulai menimbang-nimbang tentang ke depannya. Akhirnya pertengahan 2019, saya berniat hijrah ke kota lain. Sebab menurutku, semakin berada dalam zona nyaman, maka semakin lemah mental saya ke depannya. Semakin kurang tekanan dalam hidup ini. 

Alhamdulillah saya diterima di sekolah yang begitu terkenal dan begitu disiplin. MAN INSAN CENDEKIA Gorontalo merupakan sebuah sekolah yang sejak kuliah saya sudah amati dan berniat untuk bergabung di sana. Saat itu saya sangat bersyukur sekaligus bersedih, sebab akan meninggalkan kota kelahiran, tidak tinggal bersama keluarga dan hidup sendiri di kota lain. 

Namun, kekhawatiran saya tidak seperti yang saya bayangkan. berada dalam wilayah baru dengan kenalan dan rekan kerja yang baru juga tidak begitu buruk. Alhasil, saya begitu menikmati menjadi pengajar di sekolah ini. Siswa-siswa yang begitu bisa diandalkan, fasilitas serta gedung-gedung sekolah yang begitu mewah serta gaji yang lumayan besar membuat saya betah. 

Selama setahun saya menjalaninya, membuat saya semakin bahagia dan menikmati perjalanan ini. Saya kembali menemukan kekuatan untuk menjadi seorang guru yang hebat. Tidak muluk-muluk, saya hanya ingin menjadi guru yang ketika mengajar semua murid di kelas berbahagia. 

Akhirnya, ketika ada kesempatan untuk mendaftar menjadi seorang pegawai negeri, saya juga ikut mendaftar dan singkat cerita dengan waktu dan pengorbanan yang tidak sedikit, saya lulus dan resmi menjadi abdi negara di sebuah madrasah ibtidaiyyah di Kabupaten Pohuwato Gorontalo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar