HAH…… MONSTER..????
Hm….. Akhirnya tidak sia-sia juga saya menggunting lowongan kerja
pegawai di Koran." Ihsan menyerahkan potongan-potongan kecil kertas Koran
itu padaku.
"Ya ampun, makasih nih Ihsan. Untung ada kamu. Iihhh.. saya
benar-benar menyesal tadi pake lari-lari segala waktu mau ambil HP di kelas.
Coba saya jalan saja, mungkin saya tidak harus cari uang untuk ganti laptopnya
nyonya Friska."
"Kamu punya tabungan? Atau yang lainnya yang bisa membantumu?"
Raihan merangkulku.
"Kalau tabungan, ada… tapi Cuma dua jutaan. Dikit sekali.!"
"Ya sudah, selamat kerja keras, ya! Kalau ada apa-apa, jangan takut
buat nelpon saya!" Raihan memukul-mukul pundakku.
"Yakin, kamu tidak butuh bantuan kami?" Ihsan menatapku dengan
serius.
"Kan, saya sudah bilang tidak usah, terima kasih. Nanti saya
repotin kalian. Tak apa kok, biasa saja lah, saya kan laki-laki. Saya bisa urus
ini semua. Tenang saja fren…. Sebagai laki-laki, saya akan berusaha semampuku
untuk urus masalahku yang satu ini, nah.. kalau saya dapat kesulitan nanti,
kan… ujung-ujungnya kembali ke kalian juga, hiihihi… gi mana?" Kataku
sambil merangkul kedua kawanku itu.
"Siip lah…!!" Jawab mereka bersamaan.
Aku pun bangkit dan memasukkan potongan Koran tersebut ke dalam
ranselku. Kemudian aku melambai, pulang duluan meninggalkan mereka.
"Saya pulang duluan yah."
"Iyyaa… Hati-hati.." seru mereka bersamaan, melambai.
Aku berbalik meninggalkan mereka. Dan dari kejauhan, aku masih bisa
mendengar pembicaraan mereka.
"Malem nanti chatting, yuk.!"
"Oke… saya tunggu kamu jam delapan!"
Raihan dan Ihsan. Kehidupan mereka makmur.
Komputer mereka sudah lengkap dengan modem, ditambah langganan broadband. Saya
mana bisa begitu. Baru kemarin saja saya merasakan punya internet di rumah. Itu
pun nyolong pulsa. Pake laptopnya Cika lagi. Tapi kata Cika, Cuma Rp
50,- per menitnya. Tak tau deh. Mudah-mudahan benar.
Malamnya, saya mencoba menceritakan semua kejadian itu sama mama. Mama
sempat marah. Namun berhasil mengendalikan diri, dan membantuku dalam membimbing
keadaan emosiku. Malam itu juga saya di ajarkan bertanggung jawab dan bagaimana
mengatasi suatu masalah. Mama tidak marah atas ideku menjadi karyawan di salah
satu toko buku. Pekerjaan yang sedikit mudah bagi seorang mahasiswa dan tidak
melelahkan, asalkan sabar, pekerjaan itu akan bisa diselesaikan.
Mamapun mengizinkan kalau suatu hari nanti harus menginap dan lembur
untuk menjaga toko. Asalkan aku masih bisa bertanggung jawab atas sekolahku,
dan kehidupan sosialku. Bahkan, semakin waktu bergerak perlahan, mama semakin
mendukungku melaksanakan tanggung jawabku.
Malam itu juga, saya menelpon delapan nomor yang ada di potongan Koran.
Kebanyakan penuh dengan pelamar. Kebanyakan pula minta bekerja tetap. Adapula
yang menginginkanku bekerja minggu ini. Pada minggu ujian semester. Saya
menolak sebagian besar tawaran itu. Masalahnya, mama hanya mengizinkanku untuk
bekerja pada hari liburdan tidak mengganggu kuliah. Hari-hari selain itu, mama
melarang keras. Untuk itu, satu minggu setelah ujian semester, saya bebas. Hari
jum'atnya Cuma ngurus KRS. Dan hari berikutnya liburan. Saya punya tiga bulan
kosong untuk bekerja.
Oke, dari delapan potongan yang aku punya, aku sudah menelpon tujuh
diantaranya. Aku berhasil janjian dengan dua orang ibu muda yang masing-masing
mempunyai toko. Yang satunya punya toko sepatu dan membutuhkan kasir yang
jujur, sopan dan baik hati. Dan yang satunya punya toko bunga yang butuh
karyawan untuk jaga toko. Upahnya lumayan besar. Kalau dijumlahkan semuanya
satu juta. ibu pemilik toko sepatu, menggajiku empat ratus ribu. Wawancara
dilakukan rabu nanti, tepat pukul empat sore. Untungnya, ujianku sudah selesai
pada jam segitu.
Ibu yang kedua, walaupun hanya di gaji enam ratus ribu, saya diterima
tanpa seleksi. Aku hanya harus menghadiri wawancara akhir pekan ini.
Hmmm… sisa nomor terakhir. Sebuah nomor HP yang susunan angkanya bagus
sekali. Saking cantiknya, saya langsung hafal urutan nomor itu. Pasti nomor HP
ini mahal sekali ia beli.
"Hallo, selamat malam," sapaku ketika telepon diterima.
"ya, ada yang bisa saya bantu?" jawab yang di telepon dengan
ramah. Sapa seorang wanita muda.
"Saya… Saya ingin melamar untuk bekerja di toko ibu.
"Oh, baiklah-baiklah. Anda sudah mengerti prosedurnya?"
"maaf, saya belum tau."
"Nggak apa-apa kok. Begini, dua minggu lagi saya akan ke London .
menghadiri pertemuan penting, dan membutuhkan waktu satu minggu. Jadi, kalau
anda memang berniat untuk menjadi karyawan toko saya sementara. Anda harus
menginap di rumah saya. Karena toko saya ada di rumah saya sendiri."
"Baiklah"
"Oke, kerjaan kamu Cuma menjaga toko itu bersama puteri saya.
katanya, dia butuh karyawan satu lagi untuk meringankan bebannya.
"Oke bu, tak apa"
"Dan… Kebanyakan orang yang mencoba melamar langsung menolak begitu
saya sebutkan cirri-ciri puteri saya, jadi…. mungkin…..!!"
Dalam pikiranku, langsung muncul beragam jenis perempuan. Bisa saja
puteri ibu itu sangat nakal. Atau sedikit aneh. Atau terlalu lemah. Atau terlalu
idiot atau mungkin puterinya terlalu cerewet.? Saking cerewetnya, sampai-sampai
bisa menakuti orang dewasa sekalipun.
Oh, apapun itu saya harus menyukai pekerjaan ini, saya harus
menyetujuinya. Meskipun sudah ada rasa tidak enak dari percakapan ini.
"Saya…. Saya menerima apa pun yang akan terjadi bu," Ungkapku
deg-degan. Karena mungkin saja, ternyata puterinya itu adalah gorilla betina.
"Anda…. Menerima bagaimana pun kondisinya? Saya belum menceritakan
tentang putri saya!"
"Tidak apa-apa. Tapi, kalau anda ingin memberikan beberapa ciri
pada saya, silahkan."
"Putri saya ini benar-benar bandel. Dia sangat manja dan bisa
menghancurkan rumah dalam waktu lima detik."
Prangngngng…..!!!
Tiba-tiba terdengar suara benda pecah dari ujung telepon.
"Dede…. Jangan pecahkan guci itu. Gucinya seharga tujuh juta. kalau
lagi bête, pecahkan saja yang harganya satu juta saja!" Teriak wanita itu
di ujung teleponnya.
Wahhh… semakmur apa yah ibu ini?
"Oh, maaf. Putri saya sedang marah karena tidak di izinkan keluar
rumah malam ini." Wanita itu tertawa kecil.
Anaknya kelelawar ya bu.?
"Jadi putri saya
itu……."
"Ya…??"
"Ya… putri saya itu, selain di temani untuk jaga toko, saya juga
butuh sedikit tenaga kamu untuk mengasuhnya juga, anda harus membacakan dongeng
sebelum ia tidur, atau anda harus manemaninya mandi, atau mungkin terkadang
anda harus menyuapinya kalau dia main boneka."
"Oh.. baiklah bu…!!!" Aku senyum-senyum di depan telepon.
Inilah pemikiran awal saya, anak kecil memang seperti itu.
"Rumah saya besar, dan tokonya ada di bagian depan rumah saya. tapi
jangan khawatir, mengenai mengurus anak saya tadi. Anda tidak harus mengurus
rumah saya. Cuma anak saya saja. Saya sudah memiliki dua orang pembantu yang
mengurus rumah ini. Jadi…. Anda hanya
harus fokuskan dalam menjaga toko dan mengururs puteri saya."
"ya.. Baiklah…"
Segubuk-gubuknya rumah anda pun, saya tidak berkenan untuk mengepel
lantai atau menyapu. Saya ini hanya karyawan toko di tambah kerjaan tambahan,
mengurus puterinya.
"kalau begitu, hari minggu, minggu depannya lagi, temui saya di
restoran dekat lampu merah. Kita bicarakan tentang peraturan, gaji, juga
sedikit hal yang harus anda lakukan."
"Oke."
"Ngngng… tapi anda benar-benar menerima tawaran saya?"
"Ya… mungkin saja. Insya Allah, akan saya coba."
"ok… ke, terima kasih sekali lagi, kalau begitu, temui saya di
retsoran pukul dua siang. Sms ke saya nomor HP Anda. Nomor ini nomor rumah
kamu?"
"Ya, betul."
"oh, oke…. Dede! Mau kemana kamu? Jangan kabur! Jess.. cepat kejar si Dede. Oh, maafkan saya."
Wanita itu datang lagi sambil terengah-engah.
"Ngomong-ngomong… Anda punya
pengalaman dalam menjaga sebuah toko..?? atau punya pengalaman menjaga anak?
"Ngngng… ya,, ya… beberapa toko sudah
saya masuki!" ungkapku bohong.
"Oh ya? Anda sudah punya anak?"
"tentu saja belum. Saya masih 19 tahun. Saya masih kuliah. Saya
jadi karyawan hanya sebagai penghasilan tambahan saja dan masalah ngurus anak,
saya punya banyak ponakan di rumah, tenang saja, saya pasti bisa." Jawabku
bohong lagi.
"Oh.. bagus sekali. Kalau begitu, kamu akan mengerti bagaimana
perasaan hati putriku yang sebenarnya."
Apa? Apa maksudnya?
"Ngngng… nama kamu?" wanita ini sudah mengubah panggilan
"Anda" menjadi "kamu" sekarang.
"Adrian. Panggil saja Ian."
"Hm… lumayan mirip dengan nama laki-laki yang pernah di ceritakan anak
saya di sekolahnya. Baiklah, nama saya Nairah. Panggil saja ibu irah. Kalau
begitu, sampai jumpa lagi, Ian."
Tuuutt… Tuuutt..
Bu Irah menutup telepon duluan.
Oke… sekarang saya sudah mendapatkan tiga orang Ibu yang memiliki toko
yang bermacam-macam. Saya tinggal berlatih saja, namun tetap memfokuskan pada
mata kuliah yang sedang di ujikan minggu ini. God..!! besok manjemen
sama Ekonomi. Saya belum belajar Ekonomi.
SATU minggu berikutnya, saya berhasil melewati ujianku dengan lancar.
Saya tidak perlu memikirkan lagi cara mandapatkan uang, tinggal mempersiapkan
diri dengan baik, dan bekerja dengan penuh tanggung jawab.
Hari rabu, wawancaraku dengan seorang ibu yang memiliki toko sepatu yang
butuh seorang kasir. Dan pada hari minggu, wawancaraku dengan seorang ibu yang
punya toko bunga, berhasil juga.
Lalu pada hari senin pertama di bulan kebebasan ini, kami anggota KABEL
menyebutnya begitu. Akhirnya saya melaksanakan pekerjaan pertamaku.
Dear diary,
Ya ampun… hari ini sangat melelahkan! Saya harus kerja dari jam tujuh
pagi sampai jam tujuh lagi. Liat tuh, tanganku mulai bengkak karena keseringan
memencet tombol-tombol di keybor komputer toko sepatu itu. Mataku juga kayaknya
sudah agak rabun karena dari tadi pagi di depan layar monitor terus.
Eh, tapi senangnya ketika ada pembeli saya seorang ibu bersama anaknya
yang ku taksir seumuran dengan saya, sempat memuji cara kerja saya dan sikap
saya menghadapi pembeli dan anaknya tuh yang bikin saya betah, senyum-senyum
terus kepadaku. Saya jadi GR. Hehehe…
Dan enaknya, pekerjaan ini pun Cuma satu hari saja, karena kasir
sesungguhnya sudah ada besok karena tadi malam dia minta cuti sehari karena
ingin pulang kampung.
Wahhh… hari ini sukses.
Sudah dulu deh, besok saya harus kerja lagi. Baru empat ratus ribu yang
singgah ke rekeningku. Saya masih butuh berjuta-juta lagi buat ganti laptopnya
Friska.
Selamat malam diary… semoga saja, besok tidak akan lebih capek dari hari
ini….
Esoknya, ternyata pekerjaan semakin berat dan menyulitkan.
Dear diary…..
Huh, untung pulangnya cepat. Kalau tidak, saya bakalan menderita
setengah mati. Mana pulsaku habis lagi. Katanya, mama sudah kirim pulsanya.
Tapi kok belum juga sampe? Masalahnya saya juga lupa bawa voucher yag di kasih
sama om Emil. Padahal, pulsaku sudah sakaratul maut.
Tau tidak, ternyata pekerjaan yang satu ini, lebih seperti neraka
daripada kemarin. Aku harus nginap di toko ini.
Ternyata, toko bunga itu, pelanggannya banyak sekali. Sampai-sampai aku
tidak sempat istrahat untuk melayani pelanggan. Dan yang paling menjengkelkan
lagi, rekan kerja saya yang katanya adalah wakil manager toko itu, sangat seram
bin kejam. Menyuruh pindahin pot bunga saja, hanya butuh waktu dua menit.
Padahal potnya itu, luar biasa beratnya. bisa di bayangkan kan…???
Untungnya, para pembeli tersebut kebanyakan ibu-ibu istri pegawai. Jadi
tidak terlalu bertele-tele ketika membeli bunga. Namun, ada kejadian yang
sangat romantic tadi di depan toko. Ada seorang laki-laki dan perempuan,
kayaknya mereka pacaran.dari jauh, mereka keliatan ada masalah. Jadi mereka
berdua bertengkar deh, selama di jalan. Namun, ketika sampe pas di depan toko.
Cowoknya langsng masuk ke toko kemudian langsung mengambil sebatang mawar dan
melemparkan uang dua puluh ribuan ke arahku. Dan langsung berlutut di depan
sang cewek sambil memberikan bunga dan memohon maaf atas segala kesalahannya.
Sang cewek itupun langsung luluh hatinya dan memaafkannya. Mereka pun kembali
akur karena hanya sebatang bunga mawar. Wahh… romantis sekali.. pikirku….!!!
Oh, kuharap esok waktu berjalanlebih cepat. Kuharap matahari besok hanya
muncul enam jam. Sumpah, aku tak sanggup lagi bekerja tanpa istrahat melayani
pembeli. Sumpahh….!!
Hmm…!!
Sekarang sudah jam sebelas malam. Para karyawan sudah pada tidur untuk
mempersiapkan tenaga esoknya. Wakil manager yang sangat kejam itupun sudah
terlelap. Tinggal giliranku merenggangkan otot, beristirahat dan tidur nyaman
di dalam toko.
Selamat tidur…. Diary….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar